Market

Korelasi Utang dan PDB, ‘Mazhab’ Ekonomi Sri Mulyani yang Menjerumuskan

Anggota Komisi XI DPR, Mukhamad Misbakhun mengkritik keras ‘mazhab’ ekonomi Menteri Keuangan (Menkeu), Sri Mulyani tentang naiknya utang berkorelasi dengan pertumbuhan ekonomi.

“Mohon maaf, saya memang belum doktor apalagi profesor. Tapi ada yang mengganjal pemahaman saya. Teori mana yang yang mengkorelasikan pertumbuhan utang dengan ekonomi. Amerika Serikat, utang tumbuh positif, ekonominya malah negatif. Jangan hanya sekedar mencari pembenaran (utang pemerintah),” ungkap Misbakhun dalam diskusi daring bertajuk Utang Meningkat Kapasitas Fiskal Mengkeret, Jakarta, Selasa malam (6/6/2023).

Kata Misbakhun, pemerintah menganggarkan dana hampir Rp1.000 triliun per tahun, hanya untuk membayar cicilan utang pemerintah dan BUMN. Angka ini, tentunya membuat berat APBN. Lebih miris lagi, Sri Mulyani memilih cara termudah yang justru mengancam masa depan Indonesia. Yakni, utang dibayar dengan menerbitkan surat utang yang bunganya luar biasa besar.

Pandangan kritis dari politikus Partai Golkar, dipicu paparan Sri Mulyani dalam rapat dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR, Jakarta, Selasa (30/5/2023). Kala itu, dia membeberkan efektivitas dari menggunungnya utang pemerintah terhadap pertumbuhan ekonomi Indonesia periode 2018-2022.

Di mana, total kenaikan utang sebesar US$206,5 miliar, sedangkan pertumbuhan PDB nominal Indonesia, mencapai US$276,1 miliar. “Untuk utang 206,5 miliar dolar AS, kita lihat Indonesia mampu menaikkan nominal PDB menjadi 276,1 miliar dolar AS,” kata Sri Mulyani.

Selanjutnya, Sri Mulyani membandingkan korelasi pertumbuhan utang dengan pertumbuhan ekonomi Indonesia dengan negara lain. Misalnya, Vietnam berhasil mengerek PDB nominal lebih tinggi ketimbang kenaikan utangnya. Yakni, utang Vietnam naik US$18,2 miliar, menghasilkan kenaikan PDB hingga US$102,0 miliar.

“Vietnam juga termasuk yang cukup efektif. kenaikan PDB-nya sangat tinggi di 102 miliar dolar. Ini karena kenaikan FDI (Foreign Direct Investment), capital inflow, investment yang keluar dari China ke Vietnam lumayan besar,” jelasnya.

Di sisi lain, Sri Mulyani menyebut beberapa negara yang kenaikan PDB-nya justru lebih rendah ketimbang pertumbuhan utang. Sebut saja, Malaysia, utangnya naik sebesar US$69,5 miliar. Sedangkan PDB hanya naik US$48,9 miliar.

Atau Thailand, utang naik US$86,1 miliar, PDB hanya naik US$29,6 miliar. Dan, China kenaikan utangnya US$6,11 triliun, PDB hanya naik US$4,25 triliun.”Jika dibandingkan nilai kenaikan utang dengan PDB nominal, maka ketemu begini. Setiap (kenaikan) 1 dolar AS utang pemerintah, menghasilkan kenaikan PDB nominal 1,34 dolar AS,” papar Sri Mulyani.

Kesimpulan Sri Mulyani itu, membuat kalangan ekonom dan anggota DPR, salah satunya Misbakhun, risih. “Apakah ini mazhab ekonomi baru? Mazhab ekonomi Lapangan Banteng yang mengkorelasikan pertumbuhan utang dengan pertumbuhan ekonomi. Tidak pernah saya mendengar dan mempelajari soal ini,” pungkas Misbakhun.

Back to top button