Kanal

Kisah Atlet Spanyol Tinggal di Gua Mengingatkan pada Ashabul Kahfi

Satu setengah tahun sendirian di dalam gua mungkin terdengar seperti mimpi buruk bagi banyak orang, tetapi atlet Spanyol Beatriz Flamini telah melakukannya. Meski berbeda dari sisi tujuan dan peristiwa ini mengingatkan kisah Ashabul Kahfi, perjuangan tujuh anak muda dan seekor anjing demi aqidahnya.

Flamini hampir tidak memiliki kontak dengan dunia luar selama prestasi ketahanan manusianya yang mengesankan. Selama 500 hari, dia mendokumentasikan pengalamannya untuk membantu para ilmuwan memahami efek isolasi ekstrem.

Salah satu hal pertama yang menjadi jelas pada 12 April 2023 ketika dia keluar dari gua adalah betapa cairnya waktu, lebih dibentuk oleh ciri-ciri kepribadian Anda dan orang-orang di sekitar daripada jam yang berdetak.

Ketika berbicara dengan wartawan tentang pengalamannya, Flamini menjelaskan bahwa dia dengan cepat kehilangan kesadaran akan waktu. Kehilangan waktu begitu mendalam sehingga, ketika tim pendukungnya datang untuk menjemputnya, dia terkejut karena waktunya sudah habis, malah percaya dia hanya berada di sana selama 160 hingga 170 hari.

Ruth Ogden, Associate Professor of Experimental Psychology di Liverpool John Moores University mengungkapkan, kebanyakan orang, terbit dan terbenamnya matahari menandai berlalunya hari, dan pekerjaan serta rutinitas sosial menandai berlalunya waktu. Dalam kegelapan gua bawah tanah, tanpa ditemani orang lain, banyak sinyal berlalunya waktu akan hilang. Jadi Flamini mungkin menjadi lebih bergantung pada proses psikologis untuk memantau waktu.

Menurutnya, salah satu cara kita melacak berlalunya waktu adalah ingatan. Jika kita tidak tahu sudah berapa lama kita melakukan sesuatu, kita menggunakan jumlah ingatan yang terbentuk selama kejadian sebagai indeks jumlah waktu yang telah berlalu. Semakin banyak ingatan yang kita bentuk dalam suatu peristiwa atau era, semakin lama kita menganggap itu berlangsung.

“Hari-hari dan minggu-minggu yang sibuk yang dipenuhi dengan banyak hal baru dan peristiwa menarik biasanya dikenang lebih lama daripada yang lebih monoton di mana tidak ada hal penting yang terjadi,” kata Ruth Ogen, mengutip The Conversation.

Bukan yang pertama

Masih menurut Ogden, Flamini bukanlah orang pertama yang mengalami perubahan pengalaman waktu setelah perubahan lingkungan. Pengalaman serupa dilaporkan oleh ilmuwan Prancis Michel Siffre selama ekspedisi gua dalam dua hingga enam bulan pada 1960-an dan 1970-an.

Hilangnya rasa waktu secara konsisten dilaporkan oleh orang dewasa dan anak-anak yang menghabiskan waktu lama terisolasi di bunker nuklir (untuk tujuan penelitian) di puncak perang dingin. Ini juga sering dilaporkan oleh orang-orang yang menjalani hukuman penjara dan dialami secara luas oleh masyarakat umum selama penguncian COVID-19.

Gua, bunker nuklir, penjara, dan pandemi global berbagi dua fitur yang tampaknya menciptakan perubahan waktu. Mereka mengisolasi kita dari dunia yang lebih luas dan melibatkan ruang terbatas.

Kebebasan Flamini mungkin membuat meninggalkan peradaban demi gua tampak seperti prospek yang menarik. Namun, kehidupan di bawah tanah bukan untuk orang yang penakut. Kelangsungan hidup tergantung pada kemampuan Anda untuk mempertahankan tingkat ketahanan mental yang tinggi.

Jika Anda memiliki kemampuan untuk tetap tenang ketika keadaan menjadi sulit, keyakinan kuat bahwa Anda mengendalikan perilaku Anda sendiri, yang dikenal sebagai lokus kendali internal, dan menjadi mudah terserap dalam pikiran Anda sendiri, Anda memilikinya ketabahan untuk berhasil.

Hidup dalam gua dan kemudian tertidur selama ratusan tahun pernah dialami Ashabul Kahfi. Ashabul Kahfi merupakan kisah tujuh orang pemuda dan seekor anjing yang tertidur di dalam gua selama ratusan tahun, yakni sekitar 309 tahun. Mereka semua tertidur atas kuasa Allah SWT dan bersembunyi serta melarikan diri dari kekejaman Raja Decyanus. Niat mereka melarikan diri adalah untuk mempertahankan keimanannya.

Dalam sejarah Islam, kisah menakjubkan Ashabul Kahfi ini terjadi pada masa sebelum zaman Nabi Muhammad SAW. Kisah tersebut tercantum dalam Alquran surat ke-18. Surat itu diberi nama Al-Kahfi sesuai dengan nama kelompok pemuda tersebut.

Mereka hidup di tengah masyarakat penyembah berhala dengan seorang raja yang zalim. Ketika sang raja mengetahui ada sekelompok pemuda yang tidak menyembah berhala, maka sang raja marah lalu memanggil dan memerintahkan mereka untuk mengikuti kepercayaan sang raja.

Tapi Ashabul Kahfi menolak perintah itu dan lari menjauh dari sang raja. Dikejarlah mereka untuk dibunuh. Namun, mereka selamat dari kejaran pasukan raja dengan bersembunyi di sebuah gua. Ashabul Kahfi mencari tempat berlindung di sebuah gua demi menyelamatkan diri dari ancaman pembunuhan oleh pasukan Raja Diqyanus karena menolak untuk berhenti menyembah Allah SWT.

Mengutip situs NU Online, mereka berdoa agar Allah Swt senantiasa memberinya petunjuk yang lurus dalam setiap urusan yang mereka hadapi. Usaha mereka untuk bersembunyi di gua dan doa-doa mereka agar Allah senantiasa memberinya petunjuk merupakan bukti bahwa Ashabul Kahfi adalah sekelompok pemuda yang gigih mempertahakan iman, yakni iman tauhid yang hanya menyembah Allah SWT.

Dengan perlindungan Yang aha Kuasa, mereka kemudian tidur selama bertahun-tahun di dalam gua itu. Kisah ini dapat kita temukan sumbernya pada ayat 11 surat Al-Kahfi. Allah melindungi mereka dengan membuat mereka tidak mendengar apa-apa. Dengan cara ini mereka tidur nyenyak hingga ratusan tahun.

Mereka kemudian bangun karena Allah yang membangunkannya sebagaimana sebelumnya mereka tidur karena Allah yang menidurkannya. Dengan kata lain mereka tidur selama berabad-abad itu karena memang Allah menghendaki demikian dalam rangka menyelamatkan jiwa dan iman mereka.

Ibnu Katsir dalam Tafsir Al-Qur’an al-‘Adzim; menyebut angka 309 tahun untuk menunjukkan lamanya mereka tidur dalam gua. Mereka mulai tidur di jaman pemerintahan Raja Diqyanus dan baru bangun setelah raja yang berkuasa telah berganti beberapa generasi. Masyarakat beserta sang raja pada saat itu sudah beriman kepada Allah SWT.

Sebagaimana telah disinggung sebelumnya bahwa kisah Ashabul Kahfi di dalam Alquran bukanlah kisah yang kebetulan, tetapi Allah SWT memang sengaja menceritakan kisah itu karena banyak pelajaran berharga di dalamnya yang dapat menjadi petunjuk bagi kita semua.

Allah sengaja mengangkat kisah Ashabul Kahfi sebagai kisah teladan dari para pemuda yang memang layak untuk menjadi suri teladan dari generasi ke generasi. Apalagi di zaman sekarang dimana tingkat godaan lebih besar dari pada jaman dahulu. Yang lebih ditekankan dalam kisah Ashabul Kahfi ini adalah perlunya mempertahankan iman dalam kondisi apa pun.

Melihat sejarah tentang Ashabul Kahfi seperti tercantum dalam Alquran, bisa jadi telah menginspirasi beberapa orang untuk bereksperimen untuk hidup di gua dalam waktu lama.

Back to top button