News

Etho Sosok Cawapres Ideal, Pendongkrak Elektoral Capres

Direktur Eksekutif Indopol Survey and Consulting, Ratno Sulistiyanto mengatakan Menteri BUMN Erick Thohir (Etho) adalah kandidat calon wakil presiden (cawapres) yang paling banyak memberikan efek elektoral yang baik bagi pasangannya.

Ratno mengatakan, ketika Etho dipasangkan sebagai pendamping capres PDIP Ganjar Pranowo, pasangan ini menjadi yang terkuat, berdasarkan hasil survei. Lebih kuat dibandingkan dengan pasangan Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka serta Anies Baswedan Sandiaga Uno.

“Pasangan Ganjar-Etho unggul dengan angka 31,69 persen jika dibandingkan dengan pasangan Prabowo-Gibran yang mendapatkan suara sebanyak 26,21 persen. Sementara pasangan Anies-Sandiaga berada di posisi ketiga dengan perolehan 25,08 persen serta responden yang tidak menjawab sebesar 17,02 persen,” kata Ratno dalam konferensi pers rilis hasil survei Indopol di Jakarta, Selasa (20/6/2023).

Ia menjelaskan, perjodohan capres dan cawapres ini dilakukan dengan melihat latar belakang masing-masing nama yang memiliki latar belakang nasionalis, bukan aliran Nahdlatul Ulama (NU).

“Sementara yang berlatar belakang NU ketika ditarungkan dengan di luar NU yaitu katakanlah nasionalis, itu yang unggul nasionalis kira-kira antara Erick Thohir dan Sandiaga Uno,” jelas Ratno.

Etho, sambung dia juga memberikan efek kenaikan elektoral ketika dipasangkan dengan Prabowo Subianto. Jika bersama Gibran, hanya mampu meraih 26,21 persen, maka saat dipasangkan bersama Etho, elektabilitas Prabowo naik menjadi 28,71 persen.

Meski naik, Ratno mengatakan, pasangan ini tetap masih kalah dengan pasangan Ganjar dan Ridwan Kamil di angka 31,09 persen. “Lagi-lagi Anies Baswedan menempati posisi ketiga jika dipasangkan dengan Sandiaga Uno dengan perolehan 23,55 persen serta sebanyak 16,05 persen responden yang tidak menjawab,” sambung dia.

Lebih lanjut Ratno menegaskan pemilihan cawapres memberikan pengaruh pada kekuatan pasangan capres dan cawapres. Apabila dalam pemilihan cawapres mereka salah memilih, maka tidak bisa dipungkiri kekuatannya juga akan ikut melemah.

“Jadi pasangan cawapres itu sangat menentukan bagaimana pasangan ini bertambah kekuatannya. Jadi ketika salah menentukan cawapres jadi kira-kira dukungannya akan melemah,” pungkas Ratno.

Survei ini dilakukan dengan menggunakan multistage random sampling yang menggunakan dari 1.240 responden serta margin of error sebesar 2,85 persen. Ratno juga menyebut survei yang dilakukan melalui wawancara dari 5 sampai 11 Juni 2023 di 38 provinsi juga melakukan kontrol kualitas secara berlapis sehingga hasil yang diperoleh dapat dibuktikan serta meminimalisir penipuan.

Back to top button