News

Diusung Partai Penguasa, Ganjar Malah Enggak Dilirik Partai Parlemen

Dinamika politik dihadapi oleh Partai PDIP nampaknya semakin terlihat lantaran Partai Golkar dan Partai PAN yang disinyalir akan beri dukungan bagi bacapres Ganjar Pranowo pada Pilpres 2024 justru berbalik arah.

Pertemuan yang dilakukan oleh Ketua DPP PDIP Puan Maharani dengan Ketum Partai Golkar Airlangga di Jakarta Selatan, Kamis (27/7/2023) lalu seakan sia-sia. Bahkan, dalam pertemuan tersebut Airlangga juga memberikan bunga berwarna kuning dan merah sebagai bunga politik.

Optimisme akan menggandeng Golkar untuk mendukung Ganjar maju Pilpres 2024 sudah kandas. Lantaran, kini partai berlambang pohon beringin tersebut telah resmi bergabung bersama koalisi pendukung Prabowo Subianto.

Hal serupa juga terjadi pada PAN, partai pimpinan Zulkifli Hasan (Zulhas). Dalam pertemuannya dengan PDIP, kedua partai tersebut sempat membahas mengenai penjajakan kerja sama dalam koalisi untuk Pilpres 2024. Namun kini, PAN justru juga mendukung Prabowo untuk Pilpres 2024, seirama dengan Golkar.

Faktanya nama besar PDIP, partai pengusung Ganjar, yang merupakan partai penguasa dan pemenang dua pemilu berturut-turut tak mampu menjadi magnet untuk menarik dukungan partai-partai parlemen.

Kondisi ini dinilai pengamat politik Universitas Paramadina, Ahmad Khoirul Umam, justru memberi ruang sempit bagi PDIP untuk memenangkan Ganjar dalam Pilpres 2024.

“Karena partai-partai yang dulu dianggap atau diyakini memberi dukungan kepada dia justru mengalami perubahan signifikan. Terutama Golkar dan PAN yang sempat inisiasi koalisi Indonesia Bersatu dan semua tahu bukan menjadi rahasia umum KIB dulu diciptakan sebagai sekoci untuk mengusung Ganjar, tapi keputusan politik mereka per hari ini justru berubah,” ujarnya saat dihubungi Inilah.com di Jakarta, dikutip Minggu (20/8/2023).

Lebih lanjut, Ahmad mengatakan dulu PDIP dan Ganjar sempat meyakini mampu menciptakan sebuah basis koalisi besar, namun kini justru sebaliknya. PDIP kini dikeroyok oleh Golkar dan PAN. Apalagi peta kekuatan koalisi pendukung Ganjar menjadi terkecil dibanding dua poros koalisi lain.

“Prabowo bisa mengkonsolidasi dukungan dari basis parlemen sebesar 46 persen lalu disusul oleh Koalisi Perubahan dengan 28,50 persen dan PDIP harus berkoar sendiri dengan dukungan PPP yang tercatat justru diposisi buncit di angka 25 persen,” ucap dia.

Ahmad menyebut, situasi tersebut perlu diantisipasi jika ingin memenangkan Gubernur Jawa Tengah itu di Pilpres 2024. Kiprahnya di lembaga eksekutif sebagai gubernur selama dua periode akan naik jika PDIP memberikan kartu emas posisi cawapres Ganjar, untuk menarik sosok kuat yang bisa mendongkrak elektabilitas.

“Maka kalau misal ingin menang mendapatkan dukungan lebih kuat selain hanya dari PPP dan partai kecil nonsenayan maka dia (PDIP) harus beroperasi dan menggunakan kartu utama, kartu AS nya, yaitu tiket cawapres untuk mendapatkan dukugan dari partai lainnya yang ada di Senayan sekarang,” katanya.

Back to top button