News

Di Gontor, HNW Ingatkan Ribuan Santri Amalkan Nilai Ajaran Kiai


Wakil Ketua MPR RI Hidayat Nur Wahid (HNW) mengingatkan para santri Pondok Modern Darussalam Gontor, Ponorogo, Jawa Timur, meneladani dan mengamalkan nilai-nilai yang diajarkan oleh para kiai pendiri Gontor.

“Nilai-nilai yang ditanamkan para kiai di Gontor ini terbukti sangat bermanfaat, maka jangan dimubazirkan, jangan disia-siakan, tapi taati, amalkan dan terus sebarluaskan. Itu menjadi kontribusi mewujudkan cita-cita Gontor memasuki abad kedua-nya yaitu mewariskan nilai-nilai Islam yang rahmatan lil alamin sebagai kontribusi membangun peradaban mulia,” kata HNW, sapaan karibnya dalam keterangan yang diterima di Jakarta, Minggu (9/6/2024).

Hal itu disampaikannya saat berbicara di depan ribuan santri Pondok Modern Darussalam Gontor seusai melaksanakan salat Jumat di Masjid Gontor, di Ponorogo, Jawa Timur, Jumat (7/6/2024).

Sebab, kata dia, nilai-nilai yang diajarkan pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor melalui pendidikan dengan keteladanan bermanfaat bagi para santri baik di dunia pendidikan, pesantren, maupun sosial dan politik.

“Nilai-nilai itulah yang sekarang dihadirkan oleh para kiai putra-putra maupun murid-murid pendiri Gontor, mereka pemimpin-pemimpin Gontor berikutnya,” tuturnya.

Ketua Badan Wakaf Pondok Modern Darussalam Gontor itu lantas menceritakan pengalamannya saat nyantri di Pondok Modern Darussalam Gontor pada tahun 1973 hingga 1978.

“Saya termasuk generasi ‘mukhadhram’ yang bertemu langsung pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor, yaitu K.H Ahmad Sahal dan K.H. Imam Zarkasyi dan pelanjut-pelanjutnya. Sayangnya, saya tidak sempat bertemu dengan K.H. Zainuddin Fannani karena beliau sudah wafat pada tahun 1967 dalam usia 59 tahun, ketika itu saya baru berusia 7 tahun,” ungkapnya.

Selain disiplin, HNW menambahkan bahwa di Pondok Modern Darussalam Gontor juga diajarkan bagaimana berorganisasi dan kepemimpinan.

“Berani menjadi pemimpin dan dipimpin merupakan pelajaran berorganisasi yang khas Gontor. Ini menjadi bekal para santri untuk menjadi pemimpin nantinya. Pemimpin yang tidak berpikir tentang dirinya, egoisme pemimpin, tetapi berempati dan berpikir tentang rakyatnya, tentang masa depan umatnya,” ujarnya.

Dengan terbiasa berorganisasi, lanjut dia, maka akan terbiasa pula bertemu dan berkolaborasi dengan berbagai komunitas.

“Begitu ada di satu komunitas karena bekal berorganisasi ala Gontor, maka kita sudah terbiasa. Pengalaman berorganisasi seperti itu terbawa hingga saya menjadi Ketua MPR dan sukses memimpin pelantikan Presiden pada tahun 2004, sekalipun sebelumnya belum pernah menjadi anggota MPR ataupun mengikuti sidang MPR,” jelas HNW.

Back to top button