Kanal

China dalam Kondisi Siap ‘Melahap’ Taiwan

China siap sepenuhnya menggunakan kekuatan militer untuk merebut Taiwan. Dalam beberapa latihan, terlihat China sudah menyusun strategi yang matang. Sementara Amerika Serikat (AS) sepertinya belum siap untuk membantu Taiwan.

Berdasarkan latihan militer khusus dan pola tertentu dari jenis dan frekuensi pesawat yang dikirimnya ke Zona Identifikasi Pertahanan Udara (ADIZ) Taiwan, dapat diperkirakan aksi militer China di Taiwan bisa jadi sudah dekat.

Mungkin anda suka

Namun, mengutip EurAsian Times, belum jelas apakah pengepungan militer itu juga berarti menjadi perang skala penuh atau serangan terbatas pada militer Taiwan untuk memaksanya menyerah. Atau bisa juga blokade yang berkepanjangan untuk memaksa Taipei menyerah dengan menghadirkan fait accompli.

“Ini tergantung pada skala dan jangkauan provokasi yang berasal dari Taiwan atau AS. Tindakan China dapat terpacu jika ada deklarasi kemerdekaan oleh separatis di Taiwan atau AS mengakui pulau itu sebagai negara dan meninggalkan kebijakan One China, atau bisa juga kunjungan lain oleh perwakilan tertinggi dari AS,” ungkap EurAsian Times.

Geopolitik di Taiwan memanas sebagai buntut dari kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi yang secara permanen telah mengubah hubungan Lintas Selat. China telah menghitung bahwa AS akan terus menekan garis merah Beijing.

China pun berusaha menemukan celah dan menyusun rencana pertahanan integralnya di Selat Taiwan. Latihan tembakan langsung yang belum pernah terjadi sebelumnya di sekitar Taiwan setelah kunjungan Pelosi pada awal Agustus itu bisa menjadi salah satu indikasinya.

Latihan militer semakin spesifik

China terus melakukan latihan tembak-menembak terutama pada tingkat logistik strategis, di mana Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukannya secara multi-arah dan dengan intensitas tinggi termasuk gabungan serangan laut dan udara.

Tembakan rudal menggunakan pesawat tempur siluman J-20 dalam latihan tembak langsung memberi China kepercayaan diri untuk menegakkan blokade Taiwan dari segala arah dengan kemampuan bertahan untuk waktu yang lama.

China sudah menyusun rencana taktis, operasional, dan teknis minor untuk setiap peran udara, angkatan laut, dan darat. Termasuk mengidentifikasi, merekam, dan menganalisis target Taiwan, juga menyusun rencana penembakan, mempersiapkan penanggulangan untuk kemungkinan perlawanan Taiwan dan menyempurnakan rantai bala bantuan senjata. Untuk keperluan gabungan logistik seperti ini tentu tidak mungkin dilakukan dalam kerangka waktu 10-12 hari.

Latihan juga perlu untuk untuk mengidentifikasi masalah dengan peran yang sangat mikro seperti pendaratan amfibi, peringatan dini lintas udara, elektronik, sinyal, dan intelijen komunikasi. Juga tembakan misil jarak jauh dari pembom dan pesawat tempur serta peran intelijen, pengawasan dan pengintaian untuk pertimbangan pengambilan keputusan tempur.

Bagian terakhir adalah praktik militer yang juga China bagikan dengan Rusia, di mana ada preferensi untuk memimpin operasi militer dengan tembakan rudal jarak jauh yang akurat dan menahan serangan darat.

Selain itu, salah satu lokasi di utara Taiwan dan dua di selatan selama latihan tembak-menembak berada di dalam perairan teritorial pulau itu. Ini berfungsi sebagai pernyataan politik yang signifikan bahsa China mengabaikan batas laut untuk menegakkan klaimnya atas pulau tersebut. Bagi China hal itu bukanlah pelanggaran hukum internasional seperti aksi militer suatu negara beroperasi di dalam wilayahnya.

Kabar terakhir, Selasa (13/12/2022), China mengirim 18 pesawat pembom berkemampuan nuklir ke zona pertahanan udara Taiwan, kata Taipei, hanya beberapa hari setelah Beijing melarang lebih banyak impor Taiwan dalam tanda terbaru hubungan yang memburuk.

Beijing telah meningkatkan tekanan militer, diplomatik, dan ekonomi sejak pemilihan Presiden Taiwan Tsai Ing-wen tahun 2016, yang menolak pendiriannya bahwa pulau itu adalah bagian dari China.

Dalam pembaruan harian pada Selasa pagi, kementerian pertahanan Taiwan mengatakan 21 pesawat memasuki zona ADIZ barat daya pulau itu selama 24 jam terakhir, termasuk 18 pembom H-6 berkemampuan nuklir. H-6 adalah pembom jarak jauh utama China dan mampu membawa muatan nuklir. Jarang bagi China mengirim lebih dari lima pembom H-6 dalam satu hari.

AS tidak siap

Direktur Senior Forum Pasifik yang berbasis di Hawaii, Dr. John Hemmings, mengatakan dalam pembicaraan online Hudson Institute bagaimana Beijing tidak lagi mengikuti doktrin ‘bersembunyi dan menunggu’. “Presiden Xi Jinping memiliki timeline untuk mencaplok Taiwan dengan paksa atau dengan diplomasi,” katanya.

China secara resmi menganjurkan penyatuan kembali secara damai dengan Taiwan tetapi tidak mengesampingkan kekuatan militer jika memang harus dilakukan. Hemmings tampaknya mengaitkan latihan militer China sebagai reaksi terhadap kemungkinan ini ketika dia mengatakan Xi Jinping “cukup siap, cukup bersedia dan tampaknya semakin bersiap untuk melakukannya dengan paksa.”

Dia lebih jauh menunjuk pada lambatnya persiapan militer AS untuk menggagalkan serangan China ke Taiwan. Simulasi perang oleh RAND Corporation dan Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS) menunjukkan kekalahan AS dan Taiwan yang hancur dengan kerugian mengerikan yang akan membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk membangunnya kembali.

Dalam simulasi permainan perang terlihat China mengerumuni mereka dengan ribuan kapal, kapal militer, UAV (pesawat tanpa awak) rudal, dan pesawat. EurAsian Times telah melaporkan dalam beberapa analisis sebelumnya tentang kepemimpinan China dalam sistem doktrinal, logistik, dan teknologi dan para pemimpin militer AS mengakui ketertinggalan mereka di bidang-bidang tersebut.

Back to top button