Hangout

2 Hambatan Operasi Modifikasi Cuaca di Jabodetabek

Dalam upaya bersejarah untuk mengurangi polusi udara di wilayah Jabodetabek, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) telah memulai operasi teknologi modifikasi cuaca (TMC). Langkah ini merupakan yang pertama di Indonesia, meskipun beberapa negara lain seperti China, Korea Selatan, Thailand, dan India telah melakukannya terlebih dahulu.

Upaya Mengurangi Polusi

Operasi TMC dilakukan dengan pesawat CASA 212 milik TNI AU, dengan target penyemaian di Jakarta Selatan, Jakarta Barat, Tangerang Selatan, Tangerang, dan Kabupaten Bogor. Penerbangan pertama dilakukan pada ketinggian 10.000 kaki dengan menggunakan bahan semai NaCl sebanyak 800 kilogram.

Koordinator Laboratorium Pengelolaan Teknologi Modifikasi Cuaca BRIN, Budi Harsoyo, menjelaskan bahwa posko operasi TMC dipusatkan di Bandara Lanud Husein Sastranegara, Bandung, Jawa Barat. “Ada potensi hujan di periode 19-21 Agustus ini untuk wilayah Jabodetabek meski peluangnya hanya 50-70 persen,” kata Budi dalam keterangannya, Senin (21/8/2023).

Meski peluang turun hujan cukup berat melihat kondisi musim kemarau, Kepala Pusat Meteorologi Publik Andri Ramdhani menyatakan ada peluang hujan di Bogor dan Tangerang Selatan. “Diharapkan angin akan membawa awan bergerak ke arah Jakarta. Karena modifikasi cuaca tidak bisa menggeser awan, tetapi bisa memperluas area cakupan hujan,” kata Andri.

Budi juga menambahkan bahwa cara lain untuk mengurangi polusi udara adalah dengan menaburkan bahan semai dalam bentuk es kering atau dry es di ketinggian tertentu di udara. Namun, pengelola TMC BRIN belum siap melalukan metode ini, karena mereka masih perlu mendesain dan membuat konsul untuk menempatkan dry ice di dalam kabin pesawat.

Meskipun berat, sejumlah daerah mulai merasakan turun hujan dalam dua hari terakhir. Hujan sudah turun di 12 daerah, mulai dari Depok, Hambalang, Bogor, Ciomas, Sawangan, Cibinong, Sentul, Tanah Sereal, Bogor Timur, Pakansari, Serpong, dan Tangerang Selatan dengan intensitas ringan hingga lebat.

Kondisi Udara Jakarta

Pada Senin (21/8/2023) pagi, berdasarkan data dari IQAir, Jakarta menduduki peringkat kelima sebagai kota terburuk kualitas udara di dunia dengan tingkat cemaran PM 2,3 mencapai 160. Hal ini mengindikasikan udara yang tak sehat, tidak hanya untuk kelompok yang sensitif, tetapi juga untuk orang secara umum.

Operasi teknologi modifikasi cuaca ini menandai langkah penting dalam upaya Indonesia untuk mengurangi polusi udara. Meskipun tantangan yang dihadapi, hasil awal menunjukkan potensi positif dari upaya ini. Dengan dukungan dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Indonesia berharap untuk melihat perubahan nyata dalam kualitas udara di wilayah Jabodetabek.

Back to top button