Friday, 28 June 2024

Pemprov Bali Raup Dampak Ekonomi Rp250 Miliar dari Kongres APAO 2024

Pemprov Bali Raup Dampak Ekonomi Rp250 Miliar dari Kongres APAO 2024


Mungkin tak banyak yang tahu, penyelenggara Asia Pacific Academy of Ophthalmology (APAO) Congress 2024 di Bali, memberikan dampak ekonomi minimal Rp250 miliar.

Seperti disampaikan Presiden Kongres APAO 2024, Dr Mohamad Sidik, kegiatan selama 22-25 Februari 2024, tak sekedar ajang pertemuan akademisi dan profesional di bidang kesehatan mata. Kegiatan ini dihadiri lebih dari 6.000 peserta dari 80 negara.

“Berdasarkan survei Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, dampak ekonomi dari empat hari penyelenggaraan Kongres APAO 2024, mencapai Rp250,4 miliar,” paparnya, Jakarta, dikutip Kamis (21/3/2024).

Angka tersebut, kata Sidik, mewakili kontribusi 0,94 persen terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Provinsi Bali pada 2024.

“Dampak ekonomi ini terbagi ke dalam tiga komponen utama, yaitu dampak langsung Rp144,4 miliar, dampak tidak langsung Rp100,8 miliar, serta dampak ikutan Rp1,1 miliar,” papar Sidik.

Selain itu, kata dia, Kongres APAO 2024 memberikan penciptaan nilai tambah sebesar Rp146,6 miliar, serta menyerap 1.836 tenaga kerja di Bali. Rinciannya, 585 pekerja yang terdampak langsung, 1.139 pekerja yang terdampak tidak langsung, dan 112 pekerja yang terdampak ikutan.

“Dengan menyerap banyak tenaga kerja lokal, gelaran event internasional berkelas seperti ini membuka peluang ekonomi luas bagi masyarakat setempat,” kata dia.

Masih menurut Sidik, sektor penyediaan akomodasi dan makan minuman (mamin), serta sektor transportasi dan pergudangan menjadi sektor yang paling terdampak langsung dari gelaran kongres ini.

“Besarnya dampak langsung pada sektor akomodasi mencapai Rp62,8 miliar, sektor transportasi udara (domestik) sebesar Rp22,5 miliar, dan transportasi darat Rp17,3 miliar,” kata Sidik.

Sementara untuk sektor mamin, lanjutnya, dampak langsungnya mencapai Rp30,7 miliar. Sedangkan dampak tidak langsung lebih terasa di sektor perdagangan besar dan eceran senilai Rp25,1 miliar, serta sektor jasa lainnya Rp28,6 miliar.

“Dampak tidak langsung juga dirasakan sektor penjualan suvenir yang mencapai Rp14 miliar,” terangnya.

Berdasarkan lama tinggal dan pengeluaran selama di Bali, delegasi internasional rata-rata menginap selama 6,16 hari dengan rata-rata pengeluaran Rp43,63 juta per orang.

“Pengeluaran tersebut terbagi menjadi pengeluaran untuk tiket penerbangan internasional (20 persen), tiket penerbangan domestik (14,9 persen), dan pengeluaran selama di Bali (65,1 persen),” kata Sidik.

Sementara untuk delegasi domestik, lanjutnya, rata-rata lama tinggalnya adalah 5,49 hari. Dengan pengeluaran Rp18,45 juta per orang. Pengeluaran tersebut terbagi menjadi pembelian tiket penerbangan domestik (14,4 persen) dan pengeluaran selama di Bali (85,6 persen).