Kanal

Harga Pupuk Dalam Negeri Lebih Murah Ketimbang Dunia, Bos APPI: Petani Terbantu

Asosiasi Produsen Pupuk Indonesia (APPI) menyebutkan, harga pupuk komersil atau non subsidi di Indonesia masih di bawah harga keekonomiannya. Selama belum naik, petani yang untung.

Saat ini, produsen pupuk dalam negeri khususnya Pupuk Indonesia Grup masih menjual pupuk komersil atau non subsidi di bawah harga pasar internasional.

Sekjen APPI, Achmad Tossin Sutawikara mengatakan, saat ini, harga pupuk urea di pasar internasional berada di kisaran US$785 per ton, atau setara Rp12.320.000 per ton. Harga itu sudah termasuk PPN (kurs Rp14.200/US$). Sementara harga jual Pupuk Indonesia Grup khusus urea domestik, berkisar Rp9.605.000 per ton, atau Rp2.715.000 lebih murah.

Sedangkan untuk pupuk NPK 15-15-15, misalnya, harga internasionalnya US$530, atau Rp7.526.000 per ton. Sedangkan Pupuk Indonesia grup menjualnya di harga US$439 atau Rp6.233.800 per ton (belum PPN). Kedua jenis pupuk itu lebih murah ketimbang harga internasional. “Harga ini ditetapkan dalam upaya membantu pertumbuhan ekonomi nasional serta petani di Indonesia. Sementara untuk NPK dikarenakan saat ini harga bahan baku Impor cukup tinggi, maka berpengaruh ke harga jual juga,” kata Tossin kepada wartawan, Selasa (2/11/2021).

Dibandingkan dengan negeri jiran, Malaysia menjual pupuk urea sesuai harga internasional yaitu US$785 per ton. Sementara Filipina yang tidak memiliki pabrik pupuk Urea, harus menerima harga urea setara harga Internasional ditambah biaya distribusi.

Menurut Tossin, pandemi COVID-19 secara global dan melonjaknya harga komoditas turut mempengaruhi harga pokok produksi pupuk di Indonesia. Komoditas dimaksud yakni amoniak, phosphate rock, dan KCl (bahan baku NPK), gas hingga minyak bumi.

Selain dipicu adanya konflik pasokan gas antara Rusia, Eropa dan Amerika Serikat, harga komoditas naik lantaran pandemi COVID-19 menyebabkan negara-negara eksportir pupuk seperti Rusia dan China mengambil kebijakan untuk menahan ekspornya demi mengutamakan kebutuhan dalam negeri.

“Harga pupuk internasional cenderung bergerak tergantung supply dan demand. Ditahun sebelumnya harga Internasional relatif stabil namun khusus 2021 tingginya permintaan untuk upaya perbaikan stabilitas pangan pasca Negara-negara di dunia mengalami pandemi covid 19, serta adanya krisis energi di Eropa berakibat melambungnya harga komoditi,” kata Tossin.

Di samping itu, kata dia, faktor lain yang turut mempengaruhi HPP pupuk, yakni biaya freight atau angkutan kapal. Di mana, banyak perusahaan transportir yang operasionalnya terdampak pandemi Covid-19.

Sementara saat pandemi mulai melandai dan perdagangan kembali menggeliat, lanjutnya, justru terjadi shortage jumlah kapal. Alhasil, biaya transportir naik, disamping harga solar juga naik. “Kenaikan itu menyebabkan harga pokok produksi pupuk juga ikut naik,” tutupnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button