Sunday, 29 June 2025

Dzurrotun Ghola, Pahlawan Pendidikan Bagi Kaum Marjinal

Dzurrotun Ghola, Pahlawan Pendidikan Bagi Kaum Marjinal

Kamis, 10 Nov 2022 – 11:36 WIB

Dzurrotun Ghola

Nama Dzurrotun Ghola mungkin masih asing di telinga masyarakat umum, namun tidak bagi anak-anak jalanan terutama yang putus sekolah. Bahkan Ghola, sapaan akrabnya, kerap disebut sebagai pahlawan pendidikan bagi kaum marjinal.

Cerita ini berawal pada 2016 lalu, dirinya mendirikan sekolah bagi anak-anak jalanan yakni Rumah Penyuluhan Kreatif (RPK) di kawasan Pondok Labu, Jakarta Selatan. Di rumah tersebutlah Ghola bersama relawan mengumpulkan anak jalanan untuk mengenal pendidikan.

“Ingin mengubah mindset atau cara berpikirnya kaum marjinal. Ingin membantu anak-anak yang putus sekolah,” kata Ghola kepada Inilah.com.

Dirinya menceritakan betapa sulitnya mendapat pendidikan bagi anak-anak pemulung yang orang tuanya tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau Kartu Keluarga (KK) DKI Jakarta. Karena biasanya mereka merantau dari daerah, namun saat di Jakarta mendapat pekerjaan serabutan atau bahkan banyak yang menjadi pemulung.

Karena orang tuanya tidak memiliki KTP ibu kota, sehingga anak-anaknya putus sekolah dan tidak bisa melanjutkan pendidikannya. Bahkan tidak sedikit anak-anak yang lebih senang menjadi pemulung demi membantu pekerjaan orang tuanya.

Atas dasar itulah Ghola mengajak sejumlah relawan untuk merangkul anak-anak jalanan itu agar mau kembali mengenal dunia pendidikan. Wanita kelahiran 8 Agustus 1978 itu mendirikan bangunan sekolah di sekitar lapak pemulung dan menggaet anak jalanan yang ada di sekitar atau biasa menempati kolong tol.

“Pengajarnya ada 15 sampai 17 orang, tapi karena kesibukan masing-masing, hanya tujuh orang, semuanya relawan,” jelasnya.

Menurutnya, kebanyakan pengajar di RPK adalah para mahasiswa dan ada juga masyarakat sekitar yang mencintai dunia pendidikan. “Mereka (pengajar) tidak dibayar, rata-rata mahasiswa ada yang daftar sendiri, ada juga yang didapat dari Praktik Kerja Lapangan (PKL) dari kampus-kampus,” tambahnya.

Karena itu ia berharap kepada pemerintah agar bisa membantu anak-anak kaum marjinal terutama yang putus sekolah bisa kembali mengenyam pendidikan. Sehingga tidak lagi dibenturkan dengan proses administrasi, baik yang tidak memiliki KTP atau KK DKI Jakarta.

“Harapannya ada jalur khusus untuk anak-anak seperti ini dan tidak dipersulit oleh administrasi. Ingin ada sekolah khusus bagi anak-anak tersebut,” harapnya.

Wanita lulusan S2 UIN Syarif Hidayatullah yang juga sebagai penyuluh agama Islam Kementerian Agama RI itu tidak ingin lagi melihat ada anak-anak yang lebih mementingkan mencari uang di tengah gunungan sampah daripada sekolah.

Seperti halnya pada 2009 lalu, dirinya kali pertama terjun berdakwah ke dunia hitam berada di tengah-tengah orang yang kerap dianggap kotor di kawasan Jakarta Barat. Ghola tak malu bersandingan dengan wanita pekerja seks komersil (PSK) mengajarkan mengaji serta salat.

“Kadang sambil mengisap rokok, terbata-bata mengeja huruf hijaiyah. Mereka tidak mau anaknya tidak bisa mengaji dan salat seperti dirinya,” tuturnya.

Namun jalan dakwahnya ketika itu hanya berlangsung selama tiga tahun, karena harus menjalani kodratnya sebagai istri dan pindah bersama suami. Kemudian jalan dakwahnya kembali berlanjut pada 2013-2014 dan awal 2016 dirinya mendirikan RPK di Jakarta Selatan.

Ia bersama relawan menjemput bola mengajak-anak-anak jalanan yang semula hanya mencari uang dengan cara memulung, kini sudah mau kembali mengenal dunia pendidikan.

Jika nama Dzurrotun Ghola masih asing di telinga masyarakat umum, namun tidak bagi mereka anak-anak jalanan yang menyebut Ghola sebagai pahlawan pendidikan bagi kaum marjinal.

Anton Hartono