Market

Budaya dan Kearifan Lokal Jadi Daya Saing UMKM di Era Digital

Upaya menggejot sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) untuk meningkatkan skala usaha dan kualitas produk melalui digital marketing wajib dilakukan secara konsisten. Salah satunya melalui pemanfaatan budaya dan kearifan lokal.

Menariknya, ide tersebut datang dari artis Roland International sekaligus musisi Mia Marcellina. Menurut dia, upaya tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi secara signifikan.

“Didukung dengan pemanfaatan budaya dan kearifan lokal, UMKM diharapkan mampu memperkuat daya saing di era digital,” ujarnya dalam diskusi literasi digital Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo) untuk Komunitas Digital Wilayah Jakarta di Jakarta, Kamis (30/3/2023).

Mia mengatakan, Indonesia memiliki banyak keunikan desain dan jenis produk yang bisa menjadi nilai tambah UMKM dalam bersaing dengan produk-produk mancanegara. “Berbagai usaha mikro tersebut bisa memanfaatkan dan mengembangkan kearifan lokal dan budaya yang berkembang di daerahnya sebagai salah satu daya tarik produk yang hendak dipasarkan,” jelasnya.

Menurut Mia Marcellina, beberapa contoh UMKM itu di antaranya, bisnis produk kreatif (produk kain, fashion, aksesori, ornamen), kerajinan tangan (produk rajut, anyaman), maupun bisnis kuliner (kopi, pempek, ketam, gudeg, frozen food).

Dalam diskusi luring ‘Digital Marketing bagi UMKM Pemula’ itu, Mia juga menyebut lima ide bisnis digital tanpa modal. “Kelima ide bisnis itu adalah afiliasi marketing, kursus online, toko online, influencer, dan YouTuber,” sebut Mia dalam diskusi yang dipandu moderator Tonny Purbaya itu.

Sejak dua tahun terakhir, Kemenkominfo gencar menyelenggarakan program literasi digital untuk meningkatkan literasi digital dengan target mencapai 50 juta masyarakat Indonesia pada 2024.

Program ini bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat Indonesia dalam memanfaatkan teknologi digital secara positif, produktif, dan aman. Pada 2023, program ini menargetkan 5,5 juta warga masyarakat sebagai peserta.

Dari perspektif etika digital, musisi sekaligus pegiat event Raka Maukar mengatakan, etika digital merupakan serangkaian aturan dan prosedur yang dibuat untuk mengurangi kerugian yang ditimbulkan oleh penggunaan teknologi digital.

“Penetapan etika digital bersifat mempertahankan kenyamanan yang diberikan melalui penggunaan teknologi digital,” jelasnya.

Beberapa hal yang harus disiapkan untuk memulai UMKM, menurut Raka, yakni modal, kesiapan mental, info kebutuhan pasar, supplier, kualitas produk dan harga.

“Tak kalah penting strategi pemasaran, nama toko, dan jangan lupa buat toko online,” tegasnya.

Sementara dari sudut pandang keamanan digital, artis-penyanyi Ressa Herlambang menyebut pentingnya pemahaman keamanan di ruang digital. Ini karena banyak terjadi penipuan dan kejahatan digital.

Ressa mencontohkan, penipuan dan kejahatan dalam membangun usaha, yakni penipuan pembayaran hingga pencemaran nama baik.

“Ada beberapa hal yang bisa dilakukan agar aman berjualan online, yaitu tahu kebutuhan pasar, manfaatkan e-commerce tepercaya, perbanyak metode pembayaran, pilih jasa pengiriman yang aman, hati-hati dengan pesanan borongan, catat semua transaksi, dan bergabung dengan komunitas,” urai Ressa.

Urgensi mewujudkan masyarakat Indonesia yang makin cakap digital tak lepas dari survei Indeks Literasi Digital Nasional yang dilakukan Kemenkominfo bersama Katadata Insight Center pada 2021.

Hasil survei itu menunjukkan, skor atau tingkat literasi digital masyarakat Indonesia sebesar 3.49 dari 5.00. Dengan skor tersebut, tingkat literasi digital Indonesia berada dalam kategori sedang.

Program Indonesia Makin Cakap Digital (IMCD) semakin diperlukan. Sebab, menurut survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan We Are Social, pengguna internet dan media sosial di Indonesia pada 2021-2022 telah mencapai 220 juta orang.

”Padahal, pada 2019, jumlah itu tak lebih dari 175 juta orang,” jelas Ressa.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button