News

Yenny Wahid Dirikan Ponpes Khusus Pencetak Santriwati Ahli Koding

Putri mantan Presiden Indonesia Abdurahman Wahid, Zannuba Ariffah Chafsoh atau lebih dikenal Yenny Wahid, resmi membuka pondok pesantren (ponpes) khusus untuk santriwati yang membidangi programmer. Pesantren yang dinamai Qoryatus Salam di Peace Village, Yogyakarta tersebut, mulai dibuka sejak kemarin, Selasa (22/2).

“Alhamdulillah hari ini kita pecah telur pondok pesantren Qoryatus Salam ini akhirnya berhasil kita launching juga setelah tertunda beberapa lama mimpi dan gagasan yang cukup lama ada dalam masa inkubasi,” tutur Yenny, dalam acara Pembukaan Ponpes Programmer Pondok Pesantren Koding Qoryatus Salam yang berlokasi di Taraman, Ngaglik, Sleman, Selasa (22/2).

Menurut Yenny dalam bidang teknologi, masih ada ketimpangan yang besar antara laki-laki dan perempuan. Untuk itu semua ini harus diubah karena teknologi adalah jalan menuju masa depan yang lebih cerah. Saat ini Indonesia masih kekurangan programmer, apalagi programmer perempuan.

“Teknologi memberikan ruang bagi masyarakat khususnya perempuan untuk bisa berkontribusi secara positif, baik bagi dirinya, keluarganya, maupun bagi masyarakat,” ujarnya.

Screenshot (231) - inilah.com

“Alasan fokus kepada perempuan yakni saya ingin lebih banyak lagi perempuan yang berdaya dalam teknologi, dengan menjadi subjek teknologi sebagai pengguna, produsen, pengontrol dan pengembang,” urainya.“Sehingga, saya ingin memfasilitasi para perempuan generasi muda untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam bidang pemrograman dan agama,” lanjutnya.

Ia berharap, nantinya dengan berdirinya pesantren ini akan ada banyak santriwati programmer yang memiliki wawasan agama yang moderat. “Mampu memiliki pola pikir memecahkan tantangan dalam berbagai aspek kehidupan sosial secara profesional,” ujarnya.

Country General Manager Amazon Web Services (AWS) Indonesia, Gunawan Susanto, mengatakan pesantren ini akan menjadi model sarana pemberdayaan perempuan melalui pemberian kesempatan belajar di bidang teknologi informasi serta menjadi contoh bagaimana pengelolaan pesantren dapat dilakukan secara modern melalui digitalisasi.

Mulai dari penggunaan sistem informasi pesantren untuk pengelolaan kurikulum sampai dengan digitalisasi transaksi keuangan.

“Kami berharap ini menjadi langkah awal yang baik dalam menambah kurikulum berbasis teknologi informasi ke dalam pendidikan pesantren dan keberadaan pesantren koding ini akan semakin meluas ke daerah-daerah lainnya di Indonesia,” kata Gunawan.

Sementara itu, Direktur Utama Fortress Data Service (FDS) Group, Sutjahyo Budiman, mengatakan FDS Group sudah sejak dua tahun menantikan terwujudnya pesantren ini.

“Dua tahun bukanlah waktu yang singkat. Pesantren Koding Qoryatus Salam sudah melakukan lompatan yang jauh, dengan perencanaan ekosistem sejak awal didukung oleh partner yang mendunia seperti AWS dan mempunyai kustomer yang siap menggunakan output pesantren ini seperti FDS Group,” kata Sutjahyo.

Pondok Pesantren Koding Qoryatus Salam menjadi pesantren perempuan pertama di Indonesia yang akan memfokuskan diri pada pengembangan keterampilan teknologi informasi bagi perempuan.

Pesantren ini menjadi salah satu titik awal dimulainya pemberdayaan pesantren dan masyarakat mikro secara langsung di dunia teknologi dan informasi.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button