News

WHO: 8.000 Balita Gaza Dirawat karena Kelaparan


Bencana kelaparan di Jalur Gaza akibat serangan brutal Israel yang nyaris tanpa henti semakin parah. Badan Kesehatan Dunia (WHO) melaporkan pada Kamis (13/6/2024), lebih dari 8.000 balita di Gaza harus dirawat karena kelaparan dan kekurangan gizi sejak Israel memulai blokade dan serangannya di wilayah terkepung itu pada 7 Oktober lalu.

Salah satu korban adalah Hanan Al-Zaanin, seorang gadis cilik Palestina berusia delapan tahun. Ia meninggal karena kekurangan gizi parah di Rumah Sakit al-Aqsa. Kelaparan itu akibat krisis kemanusiaan yang mengerikan di Gaza akibat blokade Israel yang mencegah bantuan penting memasuki wilayah yang terkepung.

WHO melaporkan, lebih dari 8.000 anak berusia di bawah lima tahun dirawat di Jalur Gaza karena kekurangan gizi akut.  Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan 28 dari anak-anak tersebut telah meninggal dan sebagian besar penduduk Gaza kini menghadapi bencana kelaparan.

“Meskipun ada laporan peningkatan pengiriman makanan, saat ini tidak ada bukti bahwa mereka yang paling membutuhkan menerima makanan dalam jumlah dan kualitas yang cukup,” katanya pada konferensi pers dilansir Arab News, Kamis.

Tedros mengatakan badan kesehatan PBB dan mitranya telah berupaya untuk meningkatkan layanan nutrisi di wilayah Palestina yang terkepung.

“Lebih dari 8.000 anak di bawah lima tahun telah didiagnosis dan dirawat karena kekurangan gizi akut,” katanya.

Di antara mereka, lanjut dia, 1.600 anak menderita jenis malnutrisi yang paling mematikan.

Di tengah penderitaan itu, karena ketidakamanan dan kurangnya akses, saat ini hanya dua pusat stabilisasi untuk pasien gizi buruk yang dapat beroperasi.

“Sudah ada 32 kematian yang disebabkan oleh kekurangan gizi, termasuk 28 kematian terjadi pada anak-anak di bawah lima tahun,” ucap Tedros.

Ia mengatakan, ada juga krisis kesehatan yang meningkat di Tepi Barat, dengan serangan terhadap layanan kesehatan, dan pembatasan pergerakan, yang menghambat akses terhadap layanan kesehatan.

“Di Tepi Barat, seperti di Gaza, satu-satunya solusi adalah perdamaian. Obat terbaik adalah perdamaian,” ujarnya.

Israel telah memblokir aliran makanan dan barang-barang penting ke Gaza selama berbulan-bulan. Saat ini segala sesuatu di daerah kantong yang terkepung mengalami kekurangan, dan apa yang tersedia di pasar terbuka terlalu mahal bagi kebanyakan orang untuk mampu membelinya.

Organisasi bantuan internasional menuduh pemerintah Israel dengan sengaja mencoba membuat rakyat Gaza kelaparan. Situasinya begitu mengerikan sehingga ada yang mengatakan kematian akibat pengeboman lebih berbelas kasihan dibandingkan kematian perlahan karena kelaparan.

Koresponden Al Jazeera melaporkan bahwa makanan kaleng pun tidak tersedia saat ini. Beberapa truk bantuan telah masuk membawa tepung tetapi tidak menjangkau semua orang. Jumlah tersebut tidak mencukupi kebutuhan 1,1 juta warga Palestina di Deir el-Balah saat ini.
 

Back to top button