NewsHangout

Pembangunan Wisata Loh Buaya Masuk Tahap Akhir

Pembangunan sarana wisata Loh Buaya di Pulau Rinca masuk tahap akhir. Lokasi yang berkonsep Jurassic Part ini berlokasi di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT).

“Melihat penataan sarana di Pulau Rinca ternyata jauh dari kesan mewah. Tim KSP memantau, proses pembangunan sarana wisata Loh Buaya di Pulau Rinca sudah mendekati tahap akhir. Dari luas keseluruhan Pulau Rinca 20.000 hektare, pembangunan penataan sarana hanya berada di area 1,3 hektare. Itu pun berada di pinggir pulau dengan jarak 500 meter dari dermaga Loh Buaya, ” kata Tenaga Ahli Utama KSP Agung Rulianto dalam siaran pers, Kamis (30/12/2021).

Tim KSP menyampaikan sebelumnya sebuah informasi sempat membuat heboh yakni Indonesia akan membangun Taman Jurassic di Taman Nasional Komodo. Selain menjadi perbincangan di kalangan pegiat lingkungan dalam negeri, informasi tersebut sempat menjadi konsumsi hingga di luar negeri.

Menurut Agung, kekhawatiran tersebut karena informasi itu diasosiasikan dengan film Jurassic Park yang sempat menjadi tontonan dalam deretan box office dunia.

Presiden Joko Widodo telah mencetuskan program wisata premium di kawasan konservasi Taman Nasional Komodo (TNK) Nusa Tenggara Timur (NTT), pada akhir tahun lalu.

Pulau Rinca terletak di sebelah barat Flores terpisah dengan selat Molo. Memiliki luas 20.000 hektare, Pulau yang menjadi habitat alami Komodo ini merupakan pulau terbesar kedua di Taman Nasional Komodo, NTT.

Lebih dari separuh luas pulau Rinca merupakan sabana dengan sebaran hutan gugur terbuka dan mangrove.

Wisata Loh Buaya Terdapat Rumah Panggung

Agung menyampaikan berdasarkan pantauan tim KSP, kondisi alam dari Dermaga Loh Buaya menuju taman wisata, terdapat elevated track setinggi rata-rata tiga meter dari tanah dengan pepohonan liar yang masih tumbuh di sekitarnya.

Tiga bangunan dengan desain tradisional juga menyerupai rumah panggung.

“Selama berada di lokasi, belasan komodo berjemur santai di tanah. Satwa purba yang sudah ada sejak 3,5 juta tahun lalu itu tidak terganggu dengan kehadiran manusia. Hanya ada satu bangunan menjejak tanah yang digagas untuk museum, toilet, dan pengamatan langsung komodo dari jarak lebih dekat,” jelas dia.

Yang menarik pembangunan sarana ini, kata dia, terlihat sangat memperhatikan kondisi layaknya habitat asli. Di mana sebelumnya, pengunjung di Pulau Rinca harus melewati jalan setapak di tanah.

Sejumlah bangunan yang dulu untuk pos penjagaan dan tempat pengamatan bagi para ilmuwan, juga kini sudah tidak ada.

“Sarana pembangunan saat ini, memberi ruang gerak lebih bebas pada komodo. Jalan setapak yang berubah menjadi elevated track, bakal mengurangi persimpangan langsung antara komodo dan manusia. Bangunan bagi staf taman nasional dan peneliti, sekarang jadi melayang,” ujarnya.

“Saya melihat ini masalah disinformasi ke publik. Informasi yang tersebar dikaitkan dengan film Jurassic Park yang menggambarkan tragedi captivating animal, langsung membuat kesan horor. Padahal situasinya, komodo, rusa, dan babi hutan bebas berkeliaran,” tutur Agung.

Jalur Wisata Loh Buaya Tak Melewati Komodo

Kepala Balai Taman Nasional Komodo (TNK) Lukita Awang Nistyantara yang mendampingi selama kunjungan, menyebutkan bahwa sarana ini sengaja mengambil jalur yang tidak terdapat sarang komodo.

“Disini (Pulau Rinca) terdapat 1.300 Individu. Dari data kami 2002-2021 sejauh ini populasinya stabil,” ucap Lukita.

Dia memastikan pembangunan sarana tidak berpengaruh pada menurunnya populasi komodo.

Lukita menambahkan, elevated track ini membuat pergerakan komodo lebih bebas dan tidak terganggu manusia. Sementara jika nanti ada wisatawan yang datang, jarak pandangnya akan lebih luas karena posisinya beberapa meter di atas tanah.

“Mereka bisa melihat komodo melintas di bawah kaki,” kata Lukita.

Back to top button