Market

Besar Impor Daripada Beli Beras Petani, Perum Bulog Memalukan

Sabtu, 24 Des 2022 – 20:41 WIB

Bulog Pastikan Beras Impor Tak Masuk ke Wilayah NTB

Para pekerja saat melakukan pendistribusian beras di gudang Bulog di wilayah NTB, Lombok, Sabtu (24/12/2022). (Foto: Antara)

Akhir tahun ini, Perum Bulog menggenggam izin impor beras asal Vietnam sebanyak 200 ribu ton. Di sisi lain, Perum Bulog ternyata hanya secuil beli beras petani. Walah.

Pengamat kebijakan publik, Bambang Haryo Soekartono menyebutkan data faktual pembelian beras petani oleh Perum Bulog sebanyak 1,2 juta ton pada 2021. Angka ini hanya secuil jika disandingkan dengan produksi beras nasional sebanyak 31,33 juta ton. Dengan kata lain, Perum Bulog hanya serap beras petani 3 persen dari total produksi nasional.

“Bulog hanya membeli beras petani nasional dan mengedarkan beras ke masyarakat tidak lebih dari 3 persen dari total beras yang diproduksi nasional. Yang terbesar itu justru diserap swasta, bukan Bulog,” terang mantan anggota DPR periode 2014-2019 itu di Jakarta, dikutip Sabtu (24/12/2022).

Dirinya pun mempertanyakan importasi beras sebanyak 200 ribu ton yang wewenangnya diberikan kepada Perum Bulog. Menurut BHS, sapaan akrabnya, urusan impor beras itu tupoknya adalah Kementerian Perdagangan (Kemendag), bukan Perum Bulog. Sedangkan tugas Perum Bulog adalah menyerap beras dari petani. “Impor itu biasanya mempertimbangkan keseimbangan suplai dan permintaan. Itu adalah peran Kemendag,” ujar BHS.

Dia menduga Perum Bulog belum bisa secara profesional menyerap beras nasional, termasuk memasarkannya ke masyarakat. “Dan itu terbukti. Bahwa, sebagian besar masyarakat Indonesia tidak berminat membeli beras yang dipasarkan Bulog,” sebutnya.

Dia menyoroti rendahnya produksi beras nasional yang menjadi tanggung jawab Perum Bulog di bawah kepemimpinan Budi Waseso. Jika dibandingakan dengan Vietnam, luas lahan pertanian Indonesia jauh lebih luas. Indonesia mempunyai lahan pertanian sekitar 70 juta hektare (ha). Dari luas itu, 10,41 juta ha merupakan lahan panen padi. Menghasilkan 31 juta ton beras per tahun.

Sementara, Vietnam hanya mempunyai lahan pertanian 7,2 juta ha, dan bisa memroduksi 44 juta ton beras per tahun. Bahkan, Vietnam bisa menjadi negara pengekspor beras nomor 2 terbesar dunia pada 2020. “Indonesia tidak masuk dalam negara pengekspor beras terbesar di dunia sampai dengan peringkat 10 besar dunia,” terang BHS.

Sebelumnya, 10 ribu ton beras impor dari Vietnam tiba di dua pelabuhan Indonesia. Yakni, Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta; dan Pelabuhan Merak, Banten. Masing-masing sebanyak 5 ribu ton.

Buwas, sapaan akrab Budi Waseso mengatakan, beras impor itu adalah bagian dari 200 ribu ton yang dijadwalkan tiba sepanjang Desember 2022. Selanjutnya, beras impor itu bertujuan untuk memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP) yang akan tiba di 12 pelabuhan lain. “Bulog mendapat tambahan stok cadangan beras Pemerintah sebanyak 10.000 ton untuk kapal impor perdana dari Vietnam yang baru tiba,” ujar Buwas.

Purnawirawan jenderal polisi bintang tiga itu merinci, untuk 12 pelabuhan yang bakal menerima kedatangan beras impor dari Vietnam adalah Pelabuhan Malahayati dan Lhokseumawe (Aceh), Belawan (Medan), Dumai (Riau), Teluk Bayur (Padang), Boom Baru (Palembang).

Lalu, Panjang (Lampung), Tanjung Priok (Jakarta), Merak (Banten), Tanjung Perak (Surabaya), Tenau (Kupang). Sisanya direalisasikan tahun depan sampai dengan sebelum panen raya.

Buwas memastikan, kebijakan pengadaan beras dari luar negeri itu semata-mata untuk memperkuat cadangan beras nasional. Selain itu, tibanya beras impor ini juga tidak akan mengganggu beras petani karena hanya dipergunakan pada kondisi tertentu.

Back to top button