Sunday, 30 June 2024

Warisan Masalah Jokowi untuk Prabowo: Utang Menggunung Hingga Rupiah ‘Keok’

Warisan Masalah Jokowi untuk Prabowo: Utang Menggunung Hingga Rupiah ‘Keok’


Jelang lengser pada Oktober ini, begitu banyak janji Presiden Jokowi yang meleset. Sealigus warisan masalah kelas berat untuk presiden selanjutnya, Prabowo Subianto.

Dikutip dari media sosial (medsos) X @msaid_didu, Senin (24/6/2024), eks Sekretaris Kementerian BUMN itu, mencuitkan catatan masalah ekonomi yang bakal diwariskan Jokowi kepada Prabowo. Apa saja?

Pertama, Said Didu menyebut warisan utang pemerintahan Jokowi yang mendekati Rp9.000 triliun. Atau mengalami kenaikan 200 persen ketimbang awal Jokowi menjabat presiden.

Saat peralihan kekuasaan dari SBY, Jokowi diwarisi utang pemerintah sebesar Rp2.660 triliun, saat ini menggunung menjadi Rp8.338 triliun.

Jumlah itu belum termasuk utang di perusahaan pelat merah alias BUMN yang melompat 233 persen. Pada 2014, menurut catatan Said Didu sebesar Rp2.400 triliun kemudian naik menjadi Rp8.000 triliun pada 2024.

Kala janji Jokowi saat Pilpres 2014 yang tidak akan menambah utang pemerintah, ternyata meleset. “Ya penggunaan APBN itu secara efisien dan tepat sasaran. Tidak perlu ngutang,” kata Jokowi di Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (20/8/2024).

Jokowi juga mewarisi nilai tukar (kurs) rupiah yang jeblok terhadap dolar AS (US$), hingga 35 persen. Pada 2014, kurs rupiah menclok di level Rp12.600/US$, saat ini tembus Rp16.500/US$.

Lagi-lagi, Jokowi berjanji pada Feruari 2014 akan memperkuat nilai tukar rupiah hingga Rp10.000/US$, melesetnya jauh sekali.

Selain itu, Said Didu menyebut tingginya impor atas 3 komoditas pangan yakni beras, gula dan kedelai saat Jokowi berkuasa. Artinya, sektor pertanian di Indonesia tidak maju-maju.

Impor beras medium, menurut catatan Said Didu, pada 2014 hanya 176.000 ton, melonjak 1.800 persen menjadi 3,5 juta ton. Impor gula pada 2014 sebanyak 2,67 juta ton, melonpat 117 persen menjadi 5,8 juta ton.

“Kedelai pada 2014 impor sebanyak 1,4 juta ton, pada 2024 naik 54 persen menjadi 2,3 juta ton,” tulis Said Didu.

Derasnya impor bahan pangan ini pertanda Indonesia mengalam ‘keterbelakangan’ sektor pertanian ini.

Bisa jadi, karena maraknya korupsi di era Jokowi. Di mana, eks Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo (SYL).

Tingginya, impor pangan ini menjadi bukti janji Jokowi meleset (lagi-lagi). “Kita harus berani setop impor pangan. Setop impor beras, daging, kedelai, sayur, buah dan ikan. Semuanya kita punya kok,” kata Jokowi saat kampanye di Cianjur, Jawa Barat, pada 2014.