NewsMarket

Wall Street dan Dow Jones Dibikin Rontok Omicron

Wall Street jatuh lebih 1% pada akhir perdagangan Senin (Selasa pagi WIB). Hal yang sama dialami indeks Dow Jones. Semua gara-gara Omicron.

Saat ini, investor di AS dilanda ketar-ketir yang luar biasa terhadap perkembangan Wall Street. Lantaran varian baru COVID-19 bernama Omicron. Kondisi ini diprediksi bakal mengganggu proses pemulihan ekonomi di negeri paman Sam itu. Serta kemunduran kritis pada RUU Pengeluaran Sosial di era Presiden Joe Biden.

Indeks Dow Jones Industrial Average anjlok 433,28 poin, atau 1,23 persen. Menjadi menetap di level 34.932,16 poin. Indeks S&P 500 turun 52,62 poin atau 1,14 persen, berakhir di 4.568,02 poin. Indeks Komposit Nasdaq tergelincir 188,74 poin atau 1,24 persen, menjadi ditutup di 14.980,94 poin.

Sembilan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di wilayah negatif, dengan sektor keuangan dan material masing-masing merosot 1,9 persen dan 1,82 persen, memimpin penurunan. Sementara itu, kelompok utilitas dan kebutuhan pokok konsumen naik tipis.

Indeks berakhir di atas posisi terendah sesi mereka, tetapi indeks acuan S&P 500 berakhir di bawah rata-rata pergerakan 50 hari, level teknis utama. Microsoft dan Tesla adalah bobot individu terbesar di S&P 500, masing-masing jatuh 1,2 persen dan 3,5 persen.

Kasus Omicron mengalami lonjakan di New York City dan sekitar Amerika Serikat, selama akhir pekan. Menghancurkan harapan untuk musim liburan yang lebih normal.

Pemimpin Inggris mengatakan tengah menyiapkan sejumlah rencana untuk memperlambat penyebaran Omicron. Setelah Belanda memulai dengan melakukan penguncian keempat dan ketika negara-negara Eropa lainnya mempertimbangkan pembatasan.

“Saya pikir (pasar saham) turun karena ketakutan COVID dan bagaimana ketakutan itu dapat memperpanjang masalah rantai pasokan yang berkelanjutan dan bagaimana hal itu akan berdampak pada keuntungan … untuk perusahaan,” Chuck Carlson, kepala eksekutif di Horizon Investment Services di Hammond, Indiana.

Dalam pukulan lebih lanjut terhadap sentimen pasar, Senator AS Joe Manchin mengatakan pada Minggu (19/12), dia tidak akan mendukung RUU investasi domestik Biden senilai US$1,75 triliun, yang disebut Build Back Better, yang merupakan pukulan berpotensi fatal.

Setelah komentar Manchin, Goldman Sachs memangkas perkiraan PDB kuartalan AS untuk 2022. Perkembangan itu terjadi ketika The Fed memutuskan untuk mengakhiri stimulus era pandemi lebih cepat pada pekan lalu.

Di mana, bank sentral AS itu memberi sinyal setidaknya tiga perempat poin kenaikan suku bunga hingga akhir 2022. Investor telah mengambil sikap yang lebih defensif bulan ini, dengan sektor-sektor seperti kebutuhan pokok konsumen dan utilitas naik paling tinggi. Kedua kelompok itu mengakhiri sesi Senin (20/12) dengan kenaikan tipis, hanya dua sektor yang ditutup di wilayah positif.

Indeks S&P 500 masih melonjak 21,6 persen sejauh tahun ini. “Mengingat kekuatan pasar sepanjang tahun ini, dalam beberapa hal Anda dapat melihat investor mengambil beberapa keuntungan dan mencari kejelasan yang lebih besar di tahun baru,” kata Michael Arone, kepala strategi investasi di State Street Global Advisors. .

Dalam berita perusahaan, saham Oracle Corp jatuh 5,2 persen setelah pembuat perangkat lunak bisnis itu mengatakan akan membeli perusahaan catatan medis elektronik Cerner Corp seharga US$28,3 miliar. Sekitar 11,4 miliar saham berpindah tangan di bursa AS, di bawah rata-rata harian 12 miliar selama 20 sesi terakhir.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button