Sunday, 30 June 2024

Virgoun Konsumsi Sabu, Ini 4 Gangguan Mental Akibat Penggunaan Narkoba

Virgoun Konsumsi Sabu, Ini 4 Gangguan Mental Akibat Penggunaan Narkoba


Kepolisian Resor Metro Jakarta Barat mengungkapkan alasan musisi Virgoun Tambunan Putra VTP (38) menggunakan narkotika jenis sabu untuk menurunkan berat badannya.

“Tersangka VTP menggunakan atau mengonsumsi jenis sabu untuk menurunkan berat badannya,” kata Kapolres Metro Jakarta Barat, Kombes Pol M. Syahduddi saat ditemui Inilah.com di Jakarta, ditulis Kamis (27/06/2024). 

Untuk tersangka lain, yakni PA (20) menggunakan sabu untuk meningkatkan stamina dalam bekerja. 

Lalu tersangka lainnya lagi, yaitu BH (37) mengonsumsi narkoba jenis tembakau sintetis untuk bisa membantu tidur dengan nyaman.

“VTP sendiri mengakui pernah mengonsumsi narkotika pada tahun 2012 namun sempat berhenti dan baru kembali mengonsumsi tahun ini, ” tambahnya.

Lantas, apa saja dampak negatif dari konsumsi narkoba bagi kesehatan mental? Berikut adalah rinciannya. 

Depresi

Depresi ditandai dengan perasaan bersedih, perasaan putus asa, pesimis, perasaan bersalah, tidak berharga, kesulitan berkonsentrasi, mengingat dan membuat keputusan, pikiran bunuh diri bahkan percobaan bunuh diri.

Beberapa studi menunjukkan bahwa narkoba golongan opioid dapat memberikan efek euforia semu yang bersifat sesaat akibat rangsangan di otak. 

Namun pada penggunaan jangka panjang dapat meningkatkan ambang batas rasa bahagia atau muncul toleransi sehingga dibutuhkan lebih banyak obat lagi untuk mendapatkan efek yang diinginkan. 

Jika hal ini terus berlanjut, maka,  yang akhirnya muncul adalah disforia alias perasaan murung, sedih, tidak puas diri, depresi hingga resiko bunuh diri.

Skizophrenia

Skizofrenia ditandai dengan distorsi pikiran, persepsi, emosi, bahasa, dan perilaku. Skizofrenia ditandai dengan adanya halusinasi penglihatan, pendengaran, atau merasakan sesuatu yang tidak ada. 

Gejala lain dari skizofrenia dapat berupa delusi, dan juga perilaku abnormal seperti penampilan aneh, bicara tidak koheren, berkeliaran, bergumam atau tertawa sendiri, pengabaian diri..

Pada penggunaan ganja, bahan kimia psikoaktif dalam ganja yaitu delta-9-tetrahydrocannabinol (THC) berinteraksi dengan reseptor di otak, yaitu hippocampus, otak kecil dan ganglia basal. 

Oleh karena itu, ketika seseorang menyalahgunakan ganja, maka timbul gangguan pada keterampilan motorik, perubahan suasana hati, distorsi waktu, penurunan memori, dan kesulitan berpikir serta memecahkan masalah.

Penggunaan ganja dapat menimbulkan paranoid, gejala  psikotik  seperti  pemikiran  tidak  teratur  (disorganized),  halusinasi,  dan  delusi. Seseorang yang menggunakan ganja jangka panjang dapat berkembang menjadi skizofrenia4.

Gangguan Bipolar

Gangguan bipolar merupakan gangguan mental yang ditandai dengan perubahan emosi yang drastis dari rasa senang (gejala mania) yang ekstrim menjadi depresi yang parah, ataupun sebaliknya. 

Gangguan bipolar dapat muncul sebagai komorbiditas bagi seseorang dengan penyalahgunaan zat, namun juga dapat muncul sebagai dampak penyalahgunaan narkoba itu sendiri. 

Gangguan bipolar sangat erat kaitannya dengan ketergantungan alkohol dan obat-obatan lainnya seperti kokain, amfetamin, opiat dan ganja.

Penggunaan narkoba dapat memicu ketidakseimbangan neurotransmitter sehingga mempengaruhi kerja otak. 

Kokain dan sabu (metamfetamin) secara cepat meningkatkan kadar dopamine pada otak sehingga menimbulkan euphoria. 

Setelah efek obat hilang maka penggunanya akan merasa sangat lelah, lapar, mudah tersinggung, bingung secara mental dan depresi. Penggunaan jangka panjang kokain dan sabu dapat menyebabkan paranoia.  

Demensia

Demensia merupakan gangguan mental yang ditandai dengan penurunan fungsi kognitif. Penurunan fungsi kognitif tersebut mempengaruhi memori, proses pikir, orientasi, kalkulasi, kapasitas belajar, bahasa, dan pengambilan keputusan. 

Penggunaan ganja   mengakibatkan perubahan pada fungsi   kognitif seseorang, dengan gejala   defisit dalam pembelajaran verbal, penurunan daya ingat  (memori) dan perhatian.

Ekstasi (MDMA) dan sabu yang merupakan zat stimulansia, menyebabkan peningkat energi dan distorsi indra tubuh. 

Zat tersebut secara signifikan merusak sistem dopamin di otak, sehingga menimbulkan masalah dengan memori dan proses pembelajaran, gerakan dan regulasi emosional. 

Penggunaan jangka panjang dapat menyebabkan pengguna mengalami halusinasi, kecemasan, kebingungan dan penurunan daya ingat.