News

Pengusaha TP Rachmat Kagumi Buya Syafii, Pemahaman Islamnya Sangat Jernih

Pengusaha senior Theodore Permadi Rachmat mengenang mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif yang akrab disapa Buya Syafii.

Di mata pendiri Triputra Grup ini, Buya Syafii adalah tokoh bangsa yang memahami agama Islam dengan jernih sehingga sampai pada inti pemahaman terdalam.

“Sebelum saya mulai (berpidato), saya ingin mengenang almarhum Buya Syafii Maarif yang pulang ke pangkuan ke Sang Pencipta pada beberapa waktu yang lalu (Jumat 27 Mei 2022). Saya mengenang beliau sebagai salah satu tokoh bangsa yang memahami agamanya dengan jernih dan sampai ke inti terdalamnya dan menemukan bahwa di dasar semua agama, selalu terdapat ajaran yang universal dan sederhana,” kata TP Rachmat.

Hal tersebut dikemukakannya saat menyampaikan pidato bertajuk “Indonesia Raya, Seribu Tahun Lamanya” usai menerima penghargaan Paramadina Award dalam acara Wisuda Ke-36 Program Sarjana dan Magister Universitas Paramadina, di Jakarta, Sabtu, sebagaimana dipantau melalui kanal YouTube Universitas Paramadina.

Di samping itu, TP Rachmat juga mengatakan Buya Syafii merupakan sosok yang meyakini bahwa agama yang benar haruslah selaras dengan keindonesiaan dan kemanusiaan.

Lalu, ia menyampaikan seluruh hidup dan karya Buya Syafii merupakan wujud harapan cendekiawan Muslim itu untuk Indonesia yang “Bhinneka Tunggal Ika”.

“Seluruh hidup dan karya beliau adalah wujud harapannya untuk Indonesia yang bhinneka, namun ika, yaitu Indonesia yang beragam dan berbeda-beda, namun tetap dan setia pada prinsip kesatuan dan persatuan,” ujar TP Rachmat.

Dengan demikian, TP Rachmat menilai, bangsa Indonesia membutuhkan lebih banyak tokoh seperti Buya Syafii Maarif untuk meraih cita-cita bangsa, yaitu merdeka, bersatu, berdaulat, adil, dan makmur.

“Bangsa ini juga perlu menyadari bahwa Indonesia Raya hanya akan terjadi apabila perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan tidak dipermasalahkan. Perbedaan tersebut justru dapat diterima, dihormati, mendewasakan, dan bahkan dirayakan sebagai kekuatan unik yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain,” tambah dia.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button