Hangout

Tingkatkan Edukasi Program Bayi Tabung Melalui Layanan Blastula IVF

Minggu, 12 Jun 2022 – 09:48 WIB

seminar blastula iv4 - inilah.com

Seminar Blastula IVF

Klinik bayi tabung Blastula IVF Siloam Hospitals Sriwijaya di kota Palembang, Sumatera Selatan (Sumsel) menghasilkan 105 kehamilan sejak berdiri pada 21 Januari 2021. Angka tersebut menunjukkan program bayi tabung pada klinik ini mengalami peningkatan rate yang signifikan.

“Layanan bayi tabung Blastula IVF ini terjadi akibat sinergi yang baik antara klinisi dan manajemen dengan satu tujuan, yaitu memberi harapan bagi mereka yang sedang menunggu keturunan. Kepedulian dan prioritas merupakan misi Blastula IVF dalam memberikan pelayanan untuk setiap pasangan suami istri yang datang ke klinik Blastula. Ke depan, Siloam dan Blastula akan terus berkarya untuk kemajuan kesehatan masyarakat khususnya di bidang infertilitas, pun termasuk bagi masyarakat di kota Bandar Lampung,” kata Direktur Siloam Hospitals Sriwijaya dr Bona Fernando, Minggu (12/6/2022).

Dalam kesempatan seminar, dr. M. Aerul Chakra, selaku Head of Blatula IVF Clinic mengatakan, Blastula IVF Centre merupakan klinik bayi tabung dengan mengadopsi teknologi fertilisasi terkini dan terbaru. Melalui dukungan penuh dari tenaga ahli dan laboratorium yang berstandar tinggi yang telah disediakan Siloam Hospitals Sriwijaya dan merupakan jaminan dari kualitas program IVF.

“Personalisasi menjadi kata kunci dalam layanan terbaik Blastula IVF centre, ditunjang dengan kenyamanan dan support sistem yang terdepan dalam pelaksanaan program unggulan. Hal ini terlihat dari sukses rate yang tinggi dalam mewujudkan impian memiliki buah hati,” kata dr. M. Aerul Chakra.

Sejak Februari 2021 hingga Desember 2021, tingkat keberhasilan yang diraih oleh Blastula IVF adalah sebesar 55 persen atau sebanyak 246 pasien. Fresh pregnancy 50 persen dari total 141 pasien yang di ET dan FET pregnancy 60 persen dari total 105 pasien yang di FET.

“Tingkat keberhasilan yang dicapai oleh Blastula IVF merupakan tingkat keberhasilan yang tinggi dikarenakan menurut data dunia, tingkat keberhasilan program IVF dunia rata-rata adalah sebesar 35 persen. Blastula IVF akan terus memberikan pelayanan terbaik dan terus berusaha mewujudkan impian dari pasangan-pasangan yang telah mengharapkan sang buah hati dari pernikahan pasangan suami istri,” tuturnya.

Penanganan dan Fakta Seputar Ketidaksuburan Pasutri

Terkait Focusing in Infertility atau fokus dalam penanganan ketidaksuburan pasangan suami istri yang belum dikarunia bayi, merupakan materi yang harus diketahui masyarakat.

dr Dwi Silvia Indrasari SpOG(k) FER yang berpraktek tetap di Klinik Blastula IVF Siloam Hospitals Sriwijaya mengatakan, ketidaksuburan dari pasangan suami istri adalah terkait masalah medis, yaitu tidak terjadi kehamilan setelah pasangan melakukan intercourse tanpa kontrasepsi selama satu tahun.

Menurutnya, infertility bukanlah masalah pada wanita saja, tetapi juga pria. Menurut The National Infertility Association, sekitar 35 persen masalah infertility datang dari pria, 35 persennya dari wanita, dan sisanya dari kedua belah pihak, atau karena sebab yang tidak dapat dijelaskan.

Ia menambahkan penyebab gagalnya kehamilan dengan 2,9 persen infertilitas primer dan 10,8 infertilitas sekunder yang dapat berupa unexplained infertility, subfertilitas sperma derajat ringan, endometriosis ringan, kelainan ovulasi, kelainan ejakulasi, kelainan lendir serviks, faktor imunologis serta yang disebut kombinasi infertility.

“Selain hal tersebut, ada banyak penyebab ketidaksuburan dari pasutri yang disebabkan dari faktor medis tertentu dan faktor psikologis. Misalnya, terjadinya gangguan ovulasi pada pasangan wanita dan gaya hidup tidak sehat dari pria. Untuk jangka pendek, penanganan ketidak suburan melalui menginduksi ovulasi, mengurangi kadar androgen dalam sirkulasi,” jelasnya.

“Penanganan ketidaksuburan jangka panjang, melalui perubahan gaya hidup pasutri. Hal itu guna mendapatkan berat badan ideal, normal yang otomatis akan menurunkan resiko penyakit jantung koroner pun diabetes melitus dengan menghindari efek hiperinsulinemia,” pungkas dr Dwi Silvia Indrasari.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button