News

Tiga Platform Ini Diprediksi Polri Jadi Media Serangan Pemilu Terbanyak

Kepala Biro Multimedia Divisi Humas Polri Brigjen Pol. Gatot Repli Handoko mengungkapkan sejak awal Januari 2023 telah melakukan pemantauan. Hingga kini, memang Polri belum menemukan gerakan masif mengenai serangan pemilu di media sosial. Namun pihaknya sudah memetakan platform media sosial (medsos) mana saja yang bakal dimanfaatkan untuk menyebarkan berita bohong dan konten intoleran jelang pemilu.

Ia menjelaskan, untuk wilayah Jakarta, masyarakat cenderung menggunakan platform Twitter. Sedangkan, untuk wilayah Papua, masyarakatnya paling banyak menggunakan platform Facebook.

“Jadi, harus melihat pemetaan wilayah-wilayah, berkoordinasi dengan Kominfo. Kami analisa banyaknya penggunaan platform media sosial ini di mana, termasuk yang paling ramai mulai adanya TikTok,” tutur Gatot dalam dialog publik bertajuk “Menampik Berita Bohong, Ujaran Kebencian, Politik Identitas, Polarisasi Politik, dan SARA pada Pemilu 2024”, di Jakarta Selatan, Kamis (26/1/2023).

Lebih lanjut dijelaskan, pihaknya juga sudah memprediksi bahwa serangan seputar pemilu baru akan meningkat pada pertengahan tahun 2023. Adapun yang ia maksud dengan serangan adalah berbagai pemberitaan yang tidak benar, munculnya berbagai upaya menaikkan narasi politik identitas, ujaran kebencian atau hate speech, hingga intoleransi.

“Dilihat dari pemetaan, kalau Pemilu 2024 ini, pemetaannya itu kami prediksi pertengahan tahun ini pasti sudah mulai gencar yang berkaitan dengan upaya-upaya kelompok tertentu untuk saling serang,” jelasnya.

“Otomatis menjadi tugas pokok kami untuk mengcounter atau mengklarifikasi mengenai informasi itu memang benar atau tidak, itu yang ditunggu pasti dari kita,” sambung Gatot.

Gatot menegaskan, melakukan klarifikasi merupakan langkah yang penting dalam tahapan penyelenggaraan pemilu ini guna mencegah polarisasi dan perpecahan bangsa.

“Di humas, di multimedia, pasti memainkan atau mengaplikasikan, memviralkan kebhinnekaan, keberagaman, NKRI harga mati, supaya tidak terjadi polarisasi,” pungkas Gatot.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button