Market

Ternyata Ini Alasan Jokowi Cabut Larangan Ekspor Migor dan CPO

Presiden Joko Widodo atau Jokowi akhirnya mengungkapkan alasan mencabut pelarangan ekspor minyak goreng, Crude Palm Oil (CPO) dan bahan baku turunannya.

Menurut Jokowi, pemerintah tidak bisa menahan terlalu lama kebijakan pelarangan ekspor tersebut karena akan mempengaruhi banyak hal. Salah satunya adalah nasib para pekerja dan petani kelapa sawit yang terkena imbasnya.

Namun yang lebih berat lagi karena sebagian besar pemasukan negara memang berasal dari pajak di industri kelapa sawit. Sehingga pelarangan ekspor ini cukup berdampak bagi kas negara.

“Besar sekali, padahal APBN sangat membutuhkan penerimaan negara. Jadi kenapa sampai 4 bulan kita tidak berani setop ekspor itu, juga karena itu. Tapi ini kuncinya sudah ketemu. Ini dalam 1-2 minggu InsyaAllah yang namanya minyak goreng curah akan berada di harga Rp14 ribu,” ujar Jokowi dalam arahannya pada acara Rakernas V organisasi relawan Projo, di Jawa Tengah, Sabtu (21/5/2022).

Jokowi menjelaskan penerimaan negara dari industri kelapa sawit cukup besar. Dia merinci pendapatan negara dari pajak sawit, bea ekspor sawit, bea keluar sawit, serta PNBP dari sawit, yang nilainya sekitar Rp60-70 triliun.

Larangan Ekspor karena Semua Kebijakan tak Berhasil

Selain itu, Jokowi mengatakan, pemerintah sudah melakukan upaya untuk mengendalikan harga minyak goreng. Namun hasilnya harga di lapangan terus melonjak.

“Minyak goreng ini bukan persoalan mudah. Sudah sejak awal Januari saya melihat naik, naik, naik, kenapa? Sama seperti harga pangan lain, karena harga internasionalnya tinggi, harga globalnya tinggi, semua barang mengikuti, ketarik ke sana, karena harga minyak goreng terutama di Eropa, Amerika, naiknya tinggi,” ujar Jokowi.

Jokowi menekankan sudah beberapa kebijakan dilakukan untuk mendorong penurunan harga minyak goreng, namun harga tetap naik. Setelah itu pemerinah mengeluarkan kebijakan pamungkas dengan melarang ekspor minyak goreng dan bahan baku turunannya untuk menekan harga minuak goreng di dalam negeri.

“Tapi itu juga kebijakan yang tidak mudah. Begitu disetop, harga TBS (Tandan Buah Segar) sawitnya jatuh, turun. Petani sawit, pekerja sawit, 17 juta orang. Negara ini dipikir gampang, tidak mudah,” kata Jokowi. [ipe]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button