Hangout

Tantangan Orang Tua Hadapi Anak pada Fase Pra-Remaja

Sabtu, 17 Des 2022 – 18:13 WIB

Fase Pra Remaja - inilah.com

Mungkin anda suka

Ilustrasi terkait fase pre-teens atau pra-remaja adalah tahap peralihan dari masa anak-anak menuju remaja, dengan usia 9-14 tahun.(Dokumentasi: Istockphoto).

Fase pre-teens atau pra-remaja adalah tahap peralihan dari masa anak-anak menuju remaja, dengan usia 9-14 tahun. Menginjak usia tersebut, umumnya pra-remaja akan mengalami banyak perubahan fisik maupun psikis yang cenderung berpengaruh pada rasa tidak percaya diri mereka.

“Ciri anak pre-teens biasanya dirasakan para orang tua ketika anak-anak sudah mulai memiliki pemikiran yang kritis dan kemampuan bernegosiasi yang tinggi serta memiliki banyak komplain,” kata Psikolog klinis anak Mariska Johana saat ditemui di acara WATCH ME! by LARINA, Jakarta, Sabtu, (17/12/2022).

Masih menurut Mariska, seorang anak di usia pre-teens mulai memiliki kesadaran tentang keberadaan orang lain yang bisa menilai dirinya.

“Usai pre-teens mulai menyadari adanya munculnya jerawat, bau badan. Berbeda saat anak-anak, ketika merasakan bau matahari kayaknya bodo amat, tapi di usia pre-teens ini mulai worry. Jadi mulai mencari produk-produk kecantikan,” papar Mariska.

Orang tua jadi panutan

Pada usia pre-teens, anak-anak cenderung melihat bagaimana gaya orang tuanya. Misalnya ketika menggunakan sesuatu, anak usia pre-teens cenderung ingin mengikuti dan mencoba.

“Mulai tuh pakai lipstik, kalau cowok mulai tuh pakai gel rambut. Mereka mulai bisa membandingan dirinya dengan orang lain,” kata Mariska.

Masih menurut Mariska, anak pra-remaja mulai pintar cara menilai diri dengan membandingkan orang lain bukan hanya terlihat dari fisik, namun juga nilai akademi.

“Anak pre-teens bisa mulai membandingkan dirinya dengan orang lain tidak hanya dari fisik, tapi juga orang lain nilainya lebih bagus dari aku. Begitu,” katanya.

Dari keadaan tersebut, yang paling penting bagi orang tua untuk menghadapi anak-anak usia pre-teens adalah bagaimana membentuk dan meningkatkan kepercayaan diri mereka.

“Karena itu adalah tahapan yang harus dilalui ketika anak-anak mulai masuk terjun ke lingkungan sosial yang nyata,” tambahnya.

Tantangan orang tua

Mariska menjelaskan juga anak-anak pre-teens mengalami rasa insecure yang terus muncul. Perubahan untuk pre-teens bisa dirasakan oleh orang tuanya dan menjadi tantangan yang tidak mudah bagi para orang tua. Jadi, bagi orang tua yang punya usia pre-teens, lanjut Mariska jangan menganggap kenakalan anaknya berisifat pribadi.

“Misalnya, ketika anak tiba-tiba marah meledak-ledak. Ini memang sifat mereka. Jadi bagi orang tua harus menyadari dulu, ini adalah perubahan-perubahan yang terjadi dan untuk orang tua harus menerima hal ini dan bimbing mereka agar semakin siap menjadi dewasa,” tegasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button