News

Taliban: 78 Tewas Akibat Cuaca Dingin di Afghanistan

Beberapa pejabat Taliban mengatakan bahwa sebanyak 78 orang dilaporkan tewas hanya dalam waktu sepekan sepanjang musim dingin yang ekstrem di Afghanistan. Kondisi itu memperburuk krisis kemanusiaan di negara tersebut.

Juru bicara Taliban untuk Kementerian Penanggulangan Bencana Alam, Shafiullah Rahimi, menyebut kematian itu terjadi sejak 10 Januari 2023. Lebih dari 75.000 ternak juga mati akibat hawa dingin, kata Rahimi.

Ia mengatakan, Taliban telah berusaha menjangkau dan membantu lebih dari 1 juta orang di berbagai penjuru negara itu. “Kami masih berusaha sebaik mungkin untuk mendukung lebih banyak keluarga selama cuaca dingin yang parah ini,” ucap Rahimi seperti dikutip dari Associated Press, Jumat (20/1/2023);

Pengambilalihan kekuasaan oleh Taliban pada Agustus 2021 membuat ekonomi Afghanistan terpuruk dan mendorong jutaan orang ke dalam kemiskinan dan kelaparan.

Bantuan asing berhenti mengalir ke sana. Sanksi-sanksi terhadap penguasa Taliban, penghentian transfer bank, dan pembekuan miliaran cadangan mata uang Afghanistan telah membatasi akses ke lembaga-lembaga global dan dana luar negeri yang mendukung ekonomi negara yang bergantung pada bantuan sebelum penarikan pasukan AS dan NATO itu.

Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) pada Kamis (19/1/2023) mengatakan, cuaca dingin di Afghanistan dilaporkan telah membunuh ribuan ternak di wilayah timur, barat dan utara.

“Kehilangan mata pencaharian dan aset semakin membahayakan keluarga-keluarga Afghanistan pada saat 21,2 juta orang sangat membutuhkan dukungan makanan dan pertanian yang berkelanjutan,” kata OCHA dalam pernyataan mingguannya.

Prakiraan cuaca menunjukkan suhu akan anjlok hingga minus 35 derajat Celsius di banyak wilayah Afghanistan akhir pekan ini. Kelompok-kelompok bantuan kemanusiaan memberikan dukungan musim dingin kepada keluarga-keluarga, termasuk penghangat ruangan, juga uang tunai untuk membeli bahan bakar dan pakaian hangat, tetapi distribusinya sangat dipengaruhi oleh larangan Taliban terhadap pekerja bantuan LSM yang berjenis kelamin perempuan, tambah OCHA.

Dalam pertemuan darurat, Menteri Manajemen Bencana Alam Taliban Mullah Mohammad Abbas Akhund, meminta lebih banyak bantuan. Ia mengatakan, data-data yang tersedia kurang tepat karena pemerintah memiliki akses yang kecil ke daerah-daerah terpencil.

Dalam pernyataan terpisah Kamis, Taliban memerintahkan otoritas terkait dan pejabat pemerintah untuk membantu keluarga-keluarga yang terdampak.

“Kami sangat sedih karena warga negara kami telah kehilangan nyawa mereka di beberapa provinsi karena cuaca dingin yang parah,” kata pernyataan itu.

Pada November 2022 lalu, dalam sebuah wawancara dengan Associated Press, seorang pejabat tinggi Palang Merah Internasional, Martin Schuepp, mengatakan akan ada lebih banyak warga Afghanistan yang berjuang untuk bertahan hidup karena kondisi kehidupan yang memburuk pada tahun depan. Setengah dari populasi Afghanistan, atau 24 juta orang, membutuhkan bantuan kemanusiaan, menurut kelompok itu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button