Market

Tak Hanya Beras, PKS Khawatir Petani Bakal Turut Diimpor dari China


Anggota Komisi IV DPR dari Fraksi PKS Slamet mengungkapkan kekhawatirannya setelah pemerintah berencana untuk melibatkan pemerintah China dalam menggarap sawah di Kalimantan Tengah.

“Menurut kami, rencana ini merupakan bentuk diskriminasi terhadap peneliti dan perguruan tinggi pertanian, yang hampir tersebar di seluruh wilayah Indonesia,” kata Slamet dalam Rapat Paripurna ke-16 Masa Persidangan V di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (14/5/2024).

“Selain itu, dugaan kami kegiatan tersebut dapat menjadikan calon eksodus petani Tiongkok, berupa impor petani seperti yang kita lihat saat ini di sektor pertambangan,” sambungnya.

Jika hal ini terjadi, lanjut dia, maka akan membuktikan prediksi PKS sebelumnya. “Bahwa suatu saat nanti yang diimpor bukan lagi komoditas pertaniannya saja, melainkan petani pun akan diimpor,” tegasnya.

Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi (Menko Marvest) Luhut Binsar Pandjaitan menyatakan pemerintah akan menggandeng China untuk menggarap sawah di Kalteng.

Kesepakatan tersebut dihasilkan pada pertemuannya dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi dalam ajang High Level Dialogue and Cooperation Mechanism (HDCM) RI–RRC di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur, Jumat (19/4/2024).

“Kita minta mereka (China) memberikan teknologi padi mereka, di mana mereka sudah sangat sukses menjadi swasembada, dan mereka bersedia,” kata Luhut pada unggahan melalui Instagram pribadinya @luhut.pandjaitan, dikutip Selasa (14/5/2024).

Ia menjelaskan, setidaknya terdapat lahan seluas satu juta hektare di Kabupaten Pulang Pisang, Kalteng yang bisa dimanfaatkan untuk mengembangkan sawah dengan China secara bertahap.

“Dan off taker-nya nanti adalah Bulog. Kita berharap enam bulan dari sekarang, mungkin kita sudah mulai dengan proyek ini. Tinggal kita sekarang mau ajak anak-anak muda Indonesia yang bidang pertanian untuk ikut disitu,” ujarnya.

Luhut meyakini, jika proyek ini berhasil, maka Indonesia pun akan mencapai swasembada beras di masa depan.

“Kalau program ini jalan dan menurut saya harus jalan, kita sebenarnya minta (produktivitasnya) 4-5 ton per hektare. Kalau kita punya (lahan di) Pulang Pisang, di Kalteng itu 400 ribu hektare, itu hampir dua juta ton (hasilnya),” tuturnya.

“Jadi sudah selesai masalah ketahanan pangan kita untuk beras. Kita menjadi lumbung pangan yang harusnya demikian,” kata Luhut.

Back to top button