NewsMarket

Tahun Baru, Tim Ekonomi Jokowi Susun Utang Baru Rp1.000 Triliun

Di awal tahun baru 2022, tim ekonomi Presiden Jokowi ancang-ancang menumpuk utang baru Rp1.000 triliun. Kalau ditotal angkanya Rp7.700 triliun.

Ekonom Makroekonomi dan Pasar Keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky mengatakan, pemerintah terlalu bernafsu menyedot utang melalui penerbitan obligasi atau surat berharga negara (SBN).

Menurutnya, masalah utang khususnya bunga menjadi tantangan berat di tahun 2022. “Di tahun ini memang target pembiayaan mencapai hampir Rp1.000 triliun. Tantangannya masih sama seperti tahun-tahun sebelumnya yaitu menjaga aspek kesehatan. Juga tantangan baru di 2022 adalah global normalization policy,” kata Reifky, Senin (10/1/2022).

Diperkirakan, tim ekonomi Presiden Jokowi terus membuat tumpukan utang hingga mencapai Rp7.700 triliun. Tahun ini, pemerintah rencanakan SBN senilai Rp991,3 triliun. Kalau ditambah posisi utang pemerintah pada November 2021 yang mencapai Rp6.713,24 triliun, angkanya klop. Atau setara 39,84 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Sedangkan pada 4 Januari 2022, pemerintah menarik utang baru melalui lelang 7 seri Surat Utang Negara (SUN) mencapai Rp25 triliun.

Riefky mengingatkan agar pemerintah lebih berhati-hati dalam mengelola utang negara di tahun 2022. “Ini yang perlu diantisipasi oleh pemerintah bagaimana kemudian mengelola risiko yang terjadi,” ujar Riefky.

Dari sisi global, sejumlah bank sentral kini mulai melakukan tappering off, serta pengetatan kebijakan moneter. “Ini yang saya rasa masih menjadi tantangan utama di 2022,” ujarnya.

Sebut saja Federal Reserve (The Fed), bank sentral AS ini diprediksi akan memperketat kebijakan moneternya. The Fed ancang-ancnag mengurangi pembelian aset US Treasury. Kebijakan ini sering disebut tapering off, serta mengerek naik suku bunga acuan (Fed Fund Rate/FFR) di tahun ini.

Kalau itu terjadi, lanjut Riefky, suku bunga (FFR) naik, maka pembayaran beban bunga utang juga akan meningkat. Artinya apabila The Fed menaikkan tingkat suku bunganya, maka kebijakan tersebut akan mempengaruhi imbal hasil yang harus dibayarkan oleh SUN pemerintah Indonesia.

“Yang kemudian ini juga akan mempengaruhi pembayaran bunga utang ke depannya. Memang saat ini tidak hanya The Fed, saat ini seluruh dunia menaikkan tingkat suku bunganya. Ini kemudian akan berpengaruh terhadap beban bunga utang yang selama ini diakumulasi oleh pemerintah dan juga swasta,” ujarnya.

Tak hanya itu, dari sisi domestik juga masih menghadapi ketidakpastian. Varian Omicron yang telah masuk ke Indonesia juga menjadi tantangan di sektor kesehatan, yang dapat mengganggu sektor lainnya, termasuk keuangan negara.

Namun dalam beberapa kesempatan sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati optimistis bahwa Indonesia memiliki kemampuan untuk membayar utang-utang tersebut.

Sri Mulyani juga menegaskan bahwa utang digunakan untuk membiayai hal-hal produktif seperti penanganan COVID-19 hingga pembangunan Ibu Kota Negara (IKN) di Kalimantan Timur.

 

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button