News

Kuburan Massal di Pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Penonton Keluar dari Lubang Ventilasi

“Ini kejadian paling buruk dan bukan yang pertama,” ujar salah seorang Aremania bernama Eko Prianto (39) saat menceritakan peristiwa mencekam di pintu 13 Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur usai tim kesayangannya melawan Persebaya Surabaya, Sabtu (1/10/2022) lalu.

Pendukung Arema FC itu mengaku tidak kuat saat melihat suasana di sekitar pintu 13 Stadion Kanjuruhan banyak tergeletak korban bergelimpangan saling menumpuk karena terinjak-injak penonton lainnya yang berupaya menyelamatkan diri dari kepungan gas air mata.

Menurutnya, pintu 13 adalah salah satu akses keluar penonton yang tidak dapat dibuka. Padahal laga Arema FC melawan Persebaya Surabaya sudah selesai dengan skor akhir 2-3. Di pintu 13 itu cukup banyak korban jiwa ditemukan dalam kondisi yang mengenaskan.

Ia menduga, para korban tewas terinjak-injak penonton lain yang berusaha naik ke dinding untuk keluar dari lubang ventilasi yang sudah dijebol massa. Bahkan ia menyebut lokasi tersebut seperti kuburan massal.

“Aremania keluar dari lubang ventilasi di sana. Pintu 13 semacam kuburan massal. Aku nggak kuat,” ujarnya.

Eko mengaku memiliki tiket untuk menonton pertandingan, namun tidak bisa masuk. Sehingga ia hanya berkeliling di luar stadion bersama pendukung Arema FC lain sejak pertandingan dimulai hingga ditiupnya peluit akhir babak kedua.

Awalnya tidak terjadi apa-apa di luar stadion, sampai akhirnya terdengar suara letusan tembakan (gas air mata) dari dalam stadion. Tanpa disangka, suara tembakan itu terdengar berkali-kali yang kemudian pendukung di luar stadion berusaha mencari tahu apa yang terjadi di dalam.

Beberapa saat kemudian kembali terdengar suara gedor-gedor pintu stadion dari arah dalam. “Saya berada dekat gate 10, di situ pertama kali saya dengar ada suara gedor-gedor pintu, suara minta tolong,” tuturnya.

Baru diketahui ternyata para penonton saling berebut keluar menyelamatkan diri dari kepungan gas air mata yang ditembakkan aparat keamanan di dalam stadion hingga ke tribun penonton. Namun sejumlah pintu keluar tidak dapat dibuka, sehingga para ratusan penonton terjebak di dalam lorong menuju pintu keluar.

Bersama para pendukung Arema lainnya di luar stadion, Eko berupaya menolong para korban yang berhasil lolos keluar dari dalam stadion. Namun tak sedikit dari mereka (para korban) sudah tak sadarkan diri karena kehabisan napas.

Sampai akhirnya ia melihat kondisi di pintu 13 dan 14 korban jiwa menumpuk. Para penonton saling berebut keluar dengan pintu yang hanya terbuka setengah.

Di pintu 13 itulah ia melihat teman-teman sesama pendukungnya tergeletak sudah tidak bernyawa. Sempat mencari pertolongan ke aparat keamanan yang berada di stadion, namun tak diindahkan. Para petugas beralasan takut terjadi apa-apa jika saat itu langsung mengevakuasi para korban.

Isak tangis pun tak mampu dibendung dari kelopak matanya saat menceritakan tragedi di Stadion Kanjuruhan malam itu. Menurutnya, peristiwa malam itu adalah yang terburuk selama lebih dari 30 tahun menjadi pendukung Arema.

“Ini kejadian paling buruk dan bukan yang pertama,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button