News

Mengapa Beberapa Negara Berlomba ‘Menguasai’ Kutub Selatan Bulan?

Kutub selatan bulan menjadi tujuan favorit pendaratan pesawat ruang angkasa dari beberapa negara. India telah berhasil meluncurkan misinya ke titik penting bagian di bulan itu. Ada apa sebenarnya di kutub selatan bulan sehingga menjadi buruan negara-negara maju?

Badan antariksa India berhasil mendaratkan pesawat ruang angkasanya yang diberi nama Vikram di kutub selatan bulan. Misi antariksa yang disebut Chandrayaan-3 itu merupakan bagian dari ambisi luar angkasa India dan memperluas pengetahuan tentang air beku, yang berpotensi menjadi salah satu sumber daya paling berharga di bulan.

Di kawasan kutub selatan bulan ini diprediksi keberadaan air beku. Inilah yang menjadikan badan antariksa dan perusahaan swasta selalu berusaha mengeksplorasi bagian kutub selatan bulan. Ini merupakan hal yang penting untuk rencana koloni di bulan, penambangan, dan potensi misi ke Mars.

Sebelumnya, Rusia juga sudah mengincar bagian bulan ini. Namun pesawat luar angkasa Luna-25, misi bulan pertama Rusia dalam hampir 50 tahun, jatuh setelah terjadi insiden saat manuver pra-pendaratan, kata Badan Penerbangan dan Antariksa Rusia, Roscosmos. Pesawat ruang angkasa Rusia adalah bagian dari perlombaan berkekuatan besar untuk menjelajahi bagian bulan yang menurut para ilmuwan mungkin mengandung air beku dan unsur-unsur berharga lainnya.

Pesawat luar angkasa Luna-25 seberat 800 kg seharusnya melakukan pendaratan lunak di kutub selatan bulan pada hari Senin (21/8/2023), yang pertama dalam sejarah. Menurut temuan awal, wahana pendarat tersebut “sudah tidak ada lagi setelah bertabrakan dengan permukaan bulan,” kata Roscosmos.

Langkah-langkah yang diambil pada 19 dan 20 Agustus untuk menemukan pesawat itu dan melakukan kontak dengannya tidak berhasil. Sanksi Barat sejak awal perang Ukraina telah mempengaruhi industri luar angkasa Rusia, yang juga terkepung oleh korupsi dan kurangnya inovasi serta kemitraan. Padahal dengan Luna-25, Moskow berharap dapat melanjutkan warisan program Luna era Soviet, menandai kembalinya eksplorasi bulan secara independent.

Selain India dan Rusia, negara-negara maju lainnya seperti Amerika Serikat dan China telah menargetkan misi ke kutub selatan bulan. Para ilmuwan di NASA dan badan antariksa lainnya dalam beberapa tahun terakhir  mendeteksi jejak air beku di dalam kawah. Kehadiran air mempunyai implikasi bagi kekuatan-kekuatan luar angkasa, yang berpotensi memungkinkan manusia tinggal lebih lama di bulan sehingga memungkinkan penambangan sumber daya di bulan.

Apakah Memang Ada Air di Bulan?

Pada awal 1960-an, sebelum pendaratan Apollo pertama, para ilmuwan berspekulasi bahwa air mungkin ada di bulan. Namun sampel yang dibawa oleh kru Apollo untuk dianalisis pada akhir 1960-an dan awal 1970-an tampak kering.

Pada tahun 2008, para peneliti Universitas Brown mengunjungi kembali sampel bulan tersebut dengan teknologi baru dan menemukan hidrogen di dalam manik-manik kecil kaca vulkanik. Pada tahun 2009, instrumen NASA yang dipasang pada wahana Chandrayaan-1 milik Organisasi Penelitian Luar Angkasa India mendeteksi keberadaan air di permukaan bulan.

Pada tahun yang sama, wahana NASA lainnya yang mendarat di kutub selatan menemukan air beku di bawah permukaan bulan. Misi NASA sebelumnya, Lunar Prospector pada tahun 1998, telah menemukan bukti bahwa konsentrasi air beku tertinggi berada di kawah bayangan kutub selatan.

Mengapa Air di Bulan Penting?

Para ilmuwan tertarik pada kantong air beku purba karena keberadaannya dapat memberikan catatan tentang gunung berapi di bulan, material yang dibawa komet dan asteroid ke Bumi, dan asal muasal lautan. Jika air beku ada dalam jumlah yang cukup, itu bisa menjadi sumber air minum untuk eksplorasi bulan dan bisa membantu mendinginkan peralatan. Juga bisa dipecah untuk menghasilkan hidrogen terkait bahan bakar dan oksigen untuk bernafas, mendukung misi ke Mars atau penambangan di bulan.

Perjanjian Luar Angkasa PBB tahun 1967 melarang negara mana pun mengklaim kepemilikan bulan. Namun tidak ada ketentuan yang bisa menghentikan operasi komersial. Upaya yang dipimpin Amerika Serikat untuk menetapkan serangkaian prinsip eksplorasi bulan dan penggunaan sumber dayanya dilakukan lewat Perjanjian Artemis, dengan disetujui 27 negara penandatangan. China dan Rusia belum menandatanganinya.

Pendaratan di kutub selatan bulan sangat rumit. Kutub selatan – jauh dari wilayah khatulistiwa yang menjadi sasaran misi sebelumnya, termasuk pendaratan awak Apollo – penuh dengan kawah dan parit yang dalam. Misi India empat tahun lalu gagal ketika para ilmuwan kehilangan kontak beberapa saat sebelum dijadwalkan mendarat. Namun Misi Chandrayaan-3 ISRO kali ini berada di jalur yang tepat untuk melakukan percobaan pendaratan.

Apa hasil temuan dari keberhasilan pendaratan di bagian kutub selatan bulan ini? Jika benar membuktikan keberadaan air, bukan tak mungkin manusia akan bermigrasi meninggalkan bumi yang sudah sumpek dengan polusi, konflik, peperangan dan memilih menetap di bulan.

Back to top button