News

PSI: yang Muda yang ‘Banyak’ Gaya

“Hasil yang baru tidak mungkin dicapai melalui cara lama” tentang PSI.

Dibentuk tahun 2014 sebagai partai politik baru, PSI, kependekan dari Partai Solidaritas Indonesia, muncul dengan ide baru, gagasan baru, cara baru, orang baru dan mesin yang baru sebagai parpol.

Dengan wajah-wajah baru dan muda di dunia perpolitikan tanah air, PSI mencoba “mencuri” ceruk muda-mudi yang ingin terjun ke politik.

“PSI sebagai partai baru tidak lagi tersandera dengan kepentingan politik lama, klientalisme, rekam jejak yang buruk, beban sejarah dan citra yang buruk terhadap partai politik sebelumnya,” tulis PSI dalam laman resminya.

Tidak akan terjadi politisi mengurus administrasi partai lalu menggunakannya untuk kepentingan kekuasaan, kata PSI. Karena partai akan diurus oleh orang-orang muda profesional yang paham betul bagaimana mengurus organisasi yang modern, profesional, bersih dan transparan. Begitulah cara PSI hadir.

Gerakan PSI dengan menjadikan Kaesang Pangarep sebagai ketua umum membuat partai yang sempat redup karena tak ada ‘bahan’ kritik ini, menjadi pusat pemberitaan politik seminggu ke belakang. Ada yang memuji, tapi tak sedikit yang mengkritik kebijakan PSI menjadikan anak bungsu Presiden Jokowi ini sebagai pemimpin tertinggi partai politik.

Tak ada pengalaman politik, usianya juga baru 28 tahun! bisa apa? banyak yang meragukan Kaesang si bos Sang Pisang (usaha kulinernya).

“Masuknya kaesang ke PSI kan pastilah angin segar bagi PSI tapi angin duduk bagi demokrasi,” ujar Sultan Rivandi, Co-Founder Cenntenialz, kepada Inilah.com.

Sebagai mantan Ketua DEMA UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta, Sultan sudah cukup menjadi wakil anak muda saat ini, melihat politik. Baginya, PSI memang memiliki jiwa muda, namun praktiknya tetap kurang menjanjikan bagi kaum muda.

“Kaesang itu tiba-tiba masuk tanpa kaderisasi yang jelas, tanpa berangkat dari struktur yang paling dasar, paling bawah, tiba-tiba langsung jadi ketua umum. Ini kan satu contoh, sudah pernah dipraktikkan ke partai yang lama dan ditemukan, tapi dipraktikkan di partai PSI,” kritiknya.

Menurutnya, konsekuensi dari partai muda adalah ketika menyebutkan bahwa mereka itu partai muda, konsekuensinya harus menjadi anti-tesa dari anak muda melihat kondisi partai saat ini.

Misalnya soal feodalismenya, soal transaksi politik uangnya, soal budaya politik konvensional, dan lain-lain sebagainya.

“Artinya, kehadiran partai yang menyebutkan partai anak muda itu harus menjadi antitesa dari segala kritik partai-partai tua yang saya sebutkan. Tapi persoalannya, kalau kemudian menyebutkan partai muda tapi gayanya seperti sama dengan partai-partai yang lama, apa gunanya menyebutkan partai anak muda?” keluhnya.

Soal komunikasi politik, PSI juga dirasa belum membuat mereka sebagai parpol, mewakili dan dibutuhkan generasi muda saat ini. Contoh misalnya, dulu PSI terkenal karena sering menyindir Anies Baswedan saat menjabat Gubernur DKI Jakarta.

Sayangnya, yang dilakukan baru sebatas kritik.”Kalau tidak menawarkan proposal-proposal program atau gagasan yang bisa mengatasi persoalan anak muda, atau bahkan sampai tahap perencanaan atau cara mengimplementasikan dari apa yang mereka coba tawarkan pada generasi muda, bagi saya belum mencerminkan sebenar-benarnya proposal-proposal muda,” ungkapnya.

“Jadi kalau masih dalam pendekatan dari modis, konten-konten yang kekinian, trendy, yaitu dilakukan oleh NGO, media, segala macam juga bisa,” sambungnya kritis.

Sementara bagi Usamah Abdul Aziz, apa yang ditunjukkan PSI dengan memilih Kaesang sebagai ketum, merupakan kegagalan pengkaderan dalam partai politik, tak bedanya parpol lain.

“Kaesang punya hak untuk dipilih sebagai ketum, tapi PSI juga punya kewajiban dalam pendidikan politik dan etika berdemokrasi, untuk hal itu PSI sudah gagal total, sifat benalu ini perlu dilawan apalagi bila membawa narasi anak muda Indonesia, sejak dulu kami tidak seburuk itu,” katanya kepada Inilah.com.

Sebagai Ketua tim relawan Maju Bersama, sekaligus anak muda, PSI adalah harapan bagi Usamah dan kawan-kawan mudanya untuk bergerak, mengambil peran dalam perpolitikan nasional.

“PSI adalah mimpi saya dan banyak anak muda lainya, Indonesia harus punya partai yang diisi anak muda dan mampu memperbaiki politik dan demokrasi untuk kepentingan Rakyat,” ungkapnya.

Namun semakin ke sini, PSI berubah haluan sat set sat set, meninggalkan harapan dan impian anak-anak muda yang sebelumnya bergantung padanya.

“PSI malah menjadi partai yang paling tidak demokratis dan tidak punya substansi kerakyatan selayaknya anak muda, dia lebih pragmatis dari partai lain, cendrung menjadi benalu dalam demokrasi, berbahaya bagi pendidikan politik republik ini,” kritiknya pedas.

Menurutnya, gaya politik PSI yang ‘menyerang’, wajar dan penting sebagai eksistensi diri.”Tapi serangan PSI selama ini jauh dari kata sesuai, dan dekat dari kata pragmatis. Idealisme yang selalu dibanggakan pemuda selama ini tidak berlaku disana,” tegasnya.

Bahkan bagi anak muda yang tak begitu mendalami politik, PSI tak ‘muda-muda amat’. Renaldi (27) seorang barista di Sarinah Thamrin, mengaku tidak merasa jiwa mudanya, terwakili di PSI.

“Kadernya memang kebanyakan anak muda, tapi kalau soal aspirasi sih enggak wakilin anak mudanya, terlalu banyak kontroversi,” katanya saat ditanya Inilah.com.

Renaldi sebenarnya mengaku jenuh dengan politisi serta gonjang-ganjing perpolitikan tanah air. Meski beritanya heboh, Renaldi merasa tak ada efek ke dirinya sendiri.

Pemuda rantau dari luar pulau Jawa itu berharap, ada parpol yang benar-benar dibentuk oleh pemuda, diisi oleh pemuda, serta berjuang bersama pemuda.”Tapi tetap untuk Indonesia,” tandasnya.

Karena menurutnya, pemuda sudah saatnya diberikan kepercayaan untuk memimpin bangsa setelah cukup lama kasta politik tertinggi Indonesia, dipenuhi orang-orang yang tidak muda lagi

PSI Kata Mantan

Michael Victor Sianipar pernah berjaket PSI hingga akhirnya memutuskan pergi pindah partai. Sebagai pemuda, Victor memilih hijrah dari PSI karena merasa tak sejalan dengan kebijakan partai.

“Kalau dulu saya berbicara soal manager internal soal mengambil keputusan. Ya udah sih itu sudah masa lalu. Saya tidak mau mengungkit-ungkit lagi kita fokus kedepannya saja,” katanya kepada Inilah.com.

Dengan banyak kritik atas pemilihan Kaesang sebagai ketum, mantan Ketua DPP Partai Perindo Bidang Ekonomi Kreatif dan Digital itu tetap berharap PSI bisa tetap bersaing dan eksis di dunia perpolitikan Indonesia.

Namun bagi Victor, partai untuk anak muda adalah partai yang progresif.”Lebih berani, lebih egaliter, lebih progresif berpikirnya,” ungkapnya.

Paradigma pemuda tak cukup punya pengalaman, harus dipatahkan dengan kerja-kerja dan pemikiran-pemikiran yang bombastis untuk kepentingan bangsa.”Jadi bebas bersuara, bebas bergerak. Jadi saya setuju bahwa pemuda pasti akan sangat kuat ide, visi, kebaruan gitu yang ditawarkan, yang dibawa,” terangnya.

Selama hampir sepuluh tahun berdiri, PSI belum cukup memberikan warna berarti bagi perpolitikan tanah air. Wajar jika publik, khususnya anak muda, masih enggan terjun ke politik karena merasa suara dan kepentingannya, belum terwakili.

Alih-alih menuri perhatian nasional, PSI dinilai justru kerap melakukan gebrakan yang salah kaprah.

“Belum cukup mewarnai dan berkontribusi positif, dengan segala praktik-praktik yang dilakukan ya, misalkan menjadikan Kaesang tiba-tiba ketua umum, waktu itu juga kita dengar ketua umumnya Giring tiba-tiba mencalonkan presiden, tapi tiba-tiba batal gitu loh,” kenang Sultan.

“Jadi kita masih melihat akhirnya publik juga menjadikan segala macam,kontribusi PSI ini sebagai bahan candaan, itu karena yang dilakukannya itu kerap kali membuat lucu, yang melihat sikap politik sebagai partai politik negara muda,” sambungnya.

Di Pemilu 2019 atau pemilu pertama PSI, mereka menempati urutan ke-12 dari 17 parpol dengan perolehan suara sebesar 2.650.361 juta atau 1,89 persen.

PSI saat ini merupakan salah satu partai non parlemen karena tak memiliki wakil di DPR RI.

Giring Ganesha dalam pidatonya saat masih menjabat sebagai ketum, menargetkan suara 7% untuk bisa lolos di Pemilu 2024.

Back to top button