Market

Sukses Gelar MotoGP Mandalika, Keuangan Pertamina Dibelit Masalah Besar

Ketua Komisi VII DPR Sugeng Suparwoto prihatin dengan masalah keuangan yang mendera PT Pertamina (Persero). Itu tak sepadan dengan sukses menggelar MotoGP Mandalika 2022.

Politisi Partai NasDem ini mengingatkan adanya cashflow mismatch di Pertamina. Kondisi ini jelas mengancam kelangsungan usaha perusahaan migas pelat merah ini.

Apalagi, lanjut Sugeng, Pertamina wajib menjamin stok operasi BBM di seluruh Indonesia, minimal 21 hari. Agar bisa menjalankan tugas tersebut, Pertamina perlu suntikan dana US$6 miliar, atau setara Rp86 triliun.

Menurut Sugeng, di balik menggelar MotorGP 2022 Mandalika, Pertamina ternyata memiliki masalah cashflow yang serius. Artinya, di balik MotoGP mandalika 2022 ada masalah keuangan mengancam Pertamina. Ternyata, pemerintah punya utang pembayaran subsidi dan dana kompensasi BBM kepada Pertamina. Angkanya cukup gede.

Dia bilang, sejatinya, keuangan Pertamina sedang remuk redam. Apabila piutang Pertamina tidak dibayar pemerintah dalam satu semester, maka Pertamina selesai. “Selesai’ itu artinya begini, Pertamina tidak bisa menjaga keandalan pasokan. Kalau sekarang, coba situasi apapun, Pertamina provide (BBM),” tutur Sugeng, dikutip Sabtu (26/3/2022).

“Di mana pun sekarang, begitu ada kelangkaan sedikit, Pertamina isi. Artinya, Pertamina tetap committed untuk memberikan keandalan yang optimal. Tetapi kalau kemudian itunya (pembayaran piutang) berlanjut lewat satu semester, supply-nya mungkin agak berkurang,” lanjut Sugeng.

Asal tahu saja, melonjaknya harga minyak mentah dunia akibat perang Rusia-Ukraina, menambah berat beban keuangan Pertamina. Lantaran Pertamina harus membeli minyak mentah yang kini harganya mencapai US$130 per barel. Selanjutnya minyak tersebut diproses menjadi BBM untuk dijual di Indonesia dengan harga subsidi.

Masalahnya, piutang Pertamina baru dibayar pemerintah beberapa tahun kemudian. Sejak 2017, akumulasi piutang Pertamina di pemerintah lebih dari Rp100 triliun.

Dengan kenaikan harga minyak saat ini, Pertamina terpukul dua kali. Pertama, terkena biaya dana (cost of money) karena dana yang disediakan Pertamina untuk pengadaan dan pendistribusian BBM berasal dari pinjaman.
Kedua, Pertamina harus menanggung perubahan nilai uang akibat pergeseran waktu (time value of money/TVM). Untuk TVM saja, biayanya mencapai US$1 miliar.

Selain itu, Pertamina tidak diperkenankan menaikkan harga BBM nonsubsidi, terutama Pertamax, kendati harga di pasar sudah naik. Bahkan, Pertamina menjual harga Pertamax jauh di bawah harga pasar. Para kompetitor Pertamina (SPBU asing), saat ini, menjual BBM setara Pertamax sekitar Rp14.500 per liter, namun Pertamina menjual rugi di harga Rp9.000 per liter.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button