Hangout

Soal Gagal Ginjal Akut, Kemenkes Harus Investigasi Lebih Dalam

Kepala Bidang Pengembangan Profesi Perhimpunan Ahli Epidemiologi Indonesia (PAEI) Masdalina Pane menyinggung langkah yang diambil oleh pemerintah dalam menangani kasus gagal ginjal akut (GGA) atau Acute Kidney Injury (AKI). Menurutnya, investigasi yang dilakukan oleh Kemenkes saat ini harus secara mendalam agar data yang didapatkan valid.

“Jangan membuat kebijakan ketika hasil investigasi belum dilakukan, kecuali jika (ingin) membuat resah dan rusuh masyarakat adalah hobi dan kebiasaan. Melakukan investigasi itu bukan cuma dengan memeriksa sampel obat dan sampel darah atau urine penderita. Tapi bagaimana keterkaitan antara obat dan penderita, dan mengapa banyak yang minum obat tersebut tapi tidak GGA,” terang Masdalina kepada inilah.com saat dihubungi  di Jakarta, Jumat (21/10/2022).

Ia juga menyinggung pemerintah seharusnya melakukan investigasi mendalam baru merespon dengan dikeluarkanya kebijakan baru.

“Benerin dulu investigasi baru merespons, nanti seperti hepatitis acute dan monkeypox, udah ngoceh kemana-mana padahal tidak ada apa-apa. Diseases intelligent itu bekerja dalam senyap tapi masyarakat terlindungi,” tegasnya.

Fungsi pemerintah adalah melindungi masyarakat bukan membuat kekisruhan, hal inilah yang membuat Masdalina geram dengan sikap pemerintah. Belum lagi pemerintah secara gamblang menyatakan bahwa AKI tidak berkaitan dengan COVID-19.

“(Pemerintah) langsung (memberikan) statement bukan COVID-19 yang menyebabkan, padahal 27 persen kasus punya antibodi dan tertinggi dari infeksi lain. Jika hasil investigasi belum ada maka semua kemungkinan harus tetap diperhitungkan, bukan ditolak mentah-mentah. Kultur latah-latahan mencontek negara lain kambuh lagi nih,” jelasnya.

Oleh karena itu Masdalina meminta agar Kemenkes dapat memperbaiki sistem deteksi dini dan melakukan surveilans.

“(Yang harus dilakukan) untuk Kemenkes memperbaiki sistem deteksi dini dan surveilans, karena hampir semua kasus yang menjadi perhatian masyarakat dan global selalu telat dideteksi dan self reporting. Mestinya signal pada sistem kewaspadaan dini (early warning system) yang mendeteksinya. Memperbaiki dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di RS untuk mengurangi angka kematian,” tegasnya.

99 anak meninggal akibat gagal ginjal akut

Berdasarkan data terbaru dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) dan Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) hingga 18 Oktober 2022, ada sekitar 206 kasus anak yang dilaporkan mengalami gagal ginjal akut progresif a-tipikal atau Akute Kidney Injury (AKI). Dari data tersebut, terdapat sekitar 99 kasus kematian atau 48 persen akibat dari penyakit gagal ginjal akut.

“Hingga saat ini jumlah kasus yang dilaporkan hingga 18 Oktober 2022 sebanyak sudah ada 206 kasus dari 20 provinsi yang melaporkan dengan tingkat kematian 99 kasus atau 48 persen. Dimana angka tingkat kematian khususnya yang dirawat di RSCM yang sebagai rumah sakit rujukan nasional ginjal itu mencapai 65 persen,” kata juru bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril dalam temu media virtual Perkembangan Acute Kidney Injury (AKI) di Indonesia.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button