Market

Setelah Ingatkan Utang Era Jokowi Mengkhawatirkan, IMF Tegur BI Setop Belanja SUN

Beberapa waktu lalu, IMF mengingatkan utang pemerintahan Jokowi sudah mengkhawatirkan. Kini, IMF kembali mengingatkan Bank Indonesia (BI) agar berhenti memborong surat utang negara (SUN).

Sikap BI, sebenarnya baik, namun belakangan justru tak mendidik. Pemerintah jadi manja karena mengandalkan utang, sementara keuangan BI berdarah-darah.

Asal tahu saja, BI telah mengeluarkan duit gede untuk pembelian SUN dalam dua tahun ini (2020-2021). Angkanya mencapai Rp831,74 triliun. Bukan tak mungkin, kalau dibiarkan BI terus memborong SUN, keuangannya bakalan krisis.

Sebelum terjadi, Dana Moneter Internasional (IMF) menyarankan agar BI mulai mengurangi pembelian SUN. Bank sentral membantu pemerintah membiayai APBN untuk penanganan pandemi COVID-19, lewat pembelian surat utang negara. Ini sebagai pemenuhan atas tiga Surat Keputusan Bersama (SKB) antara BI dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu).

“IMF mendukung komitmen pihak berwenang untuk keluar dari pembiayaan anggaran moneter sesuai target akhir 2022. Kami merekomendasikan untuk membatasi pembelian di pasar primer lebih lanjut di bawah mekanisme pasar tahun ini,” kata Asisten Direktur IMF Cheng Hoon Lim dalam keterangan resmi, Rabu (26/1/2022).

Dalam laporan tahunan, BI membeli obligasi pemerintah dalam rangka pembiayaan APBN dua tahun terakhir Rp831,74 triliun. Rinciannya yakni: Pada 2020 sebesar Rp473,42 triliun. Rinciannya, pembelian di pasar perdana dalam rangka SKB I sebesar Rp75,86 triliun. Pembelian langsung sebagai mekanisme pembagian beban alias burden sharing sesuai SKB II sebesar Rp 397,56 triliun.

Pada 2021, pembelian obligasi sebesar Rp358,32 triliun. Di pasar perdana dalam rangka SKB I sebesar Rp143,32 triliun dan melalui private placement sebagai implementasi dari SKB III sebesar Rp215 triliun.

Tahun ini, BI masih akan melanjutkan pembelian di pasar perdana sebagaimana SKB I yang sudah diperpanjang sampai akhir Desember 2022. Selain itu, BI masih memiliki SKB III. Bank sentral bakal membeli surat utang sebesar Rp224 triliun melalui private placement.

IMF sebelumnya sempat memperingatkan sejumlah risiko dari langkah bank sentral negara berkembang memborong surat utang pemerintah. Salah satunya, neraca bank sentral.

“Bank sentral dapat kehilangan uang jika mereka membeli utang negara atau perusahaan ketika suku bunga rendah di seluruh tenor. Kemudian suku bunga kebijakan naik tajam,” tulis IMF, Rabu (5/1/20222).

Risiko lainya yaitu dominasi fiskal yang dapat mengganggu independensi bank sentral. Langkah bank sentral menyediakan pembiayaan murah berpotensi membuat pemerintah menjadi terbiasa, sehingga meminta untuk kembali melanjutkan kebijakan ini.

Tidak hanya itu, bank sentral dikhawatirkan lebih berani mengambil kebijakan yang dapat memicu risiko (risk-taking) berlebihan dan mengikis disiplin pasar.

Selain itu, peran bank sentral yang lebih aktif dalam market-making dapat menghambat perkembangan pasar keuangan. Dengan berbagai risiko tersebut, IMF menyarankan agar setiap pembelian yang dilakukan oleh bank sentral harus atas inisiatif sendiri dan untuk menjalankan mandat, bukan memenuhi tujuan pemerintah. Selain itu, besaran dan durasi pembelian aset harus selaras dengan tujuan tersebut.

Pembelian yang dilakukan untuk stabilitas keuangan umumnya harus dalam skala sederhana dan berkurang ketika tekanan keuangan mereda. “Prinsip ini paling ideal dilakukan dengan memastikan bahwa pembelian aset bank sentral dilakukan di pasar sekunder, dibandingkan pembelian ‘langsung’ melalui pasar primer atau fasilitas dana cerukan (overdraft facility),” ujar IMF.

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button