NewsMarket

Setelah Bandara Kualanamu, Ngurah Rai Hingga Hasanuddin Selamat Tinggal

Tak kuat menahan beban keuangan lantaran dibelit utang Rp32 triliun, PT Angkasa Pura (Persero) I mulai menawarkan tiga bandara yang dikelolannya kepada asing. Waduh.

Direktur Eksekutif Center of Budget Analysis (CBA), Uchok Sky Khadafi sudah memperkirakan rencana tersebut. Ketika BUMN dijepit masalah utang jumbo, mau tak mau harus menjual asetnya. Caranya jualnya tentu saja halus, yang jelas dana dari investor masuk dibarter dengan saham. “Nanti jangan kaget kalau Bandara Ngurah Rai (Denpasar), Zainuddin (Lombok) dan Sultan Hasanuddin (Makassar) menjadi milik asing,” tutur Uchok kepada Inilah.com, Jakarta, Selasa (14/12/2021).

Kata Uchok, beratnya keuangan Angkasa Pura I/AP I, lantaran adanya penugasan pengembangan bandara yang jumlahnya mencapai 10 proyek. Celakanya, proyek tersebut tidak disertai studi kelayakan yang akuntabel. Di sisi lain, AP I yang tidak memiliki modal cukup terpaksa harus ngutang dan ngutang. “Sekarang utangnya sudah Rp32 triliun, ya terpaksa jual bandara yang dia punya. Masalah ini kan sama dengan BUMN Karya. Punya utang gede, enggak bisa bayar terpaksa jual jalan tol,” papar Uchok.

Terkait masuknya investor asing, Uchok memprediksi, polanya tidak akan berbeda jauh Bandara Kualanamu yang dikelola Angkasa Pura II. Di mana, GMR Airports Consortium asal India mengguyur Rp15 triliun dibarter dengan 49% saham PT Angkasa Pura Aviasi (APA), pengelola Bandara Kualanamu. “Kerja sama apapun namanya dengan swasta asing, artinya asing sudah memiliki itu (bandara),” ungkap Uchok.

Sebelumnya, Direktur Utama Angkasa Pura I, Faik Fahmi menyampaikan rencana menggandeng asing untuk pengembangan tiga bandara yang dikelolanya. Dia mengklaim, tujuan menggandeng asing adalah meningkatkan nilai bandara tersebut dengan me-recycle aset tersebut.

Direktur Utama Angkasa Pura I Faik Fahmi mengatakan saat ini calon investor untuk pengembangan bandara ini sudah mulai menyatakan minatnya. Namun masih menunggu kembalinya traffic penumpang dari bandara tersebut.

Bandara yang akan dikerjasamakan adalah Bandar Udara Internasional Ngurah Rai, Bali; Bandar Udara Internasional Lombok Zainuddin Abdul Madjid, Lombok; dan Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin, Makassar.

“Recycle itu kan memanfaatkan aset ya agar value-nya meningkat. Jadi tidak dijual asetnya, tapi dikerjasamakan sehingga value-nya naik,” kata Faik di Jakarta, Senin (13/12/2021).

Dia menjelaskan, untuk bandara Lombok saat ini sudah ada calon partner asing yang menyatakan minatnya untuk pengembangan lahan seluas 550 hektar. Optimalisasi bandara ini dilakukan mengingat potensi wisatanya yang besar setelah dihelatnya even kelas dunia, seperti Superbike dan MotoGP di tahun depan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button