News

Selamatkan Garuda, Ekonom Sarankan Ini

Maju-mundur penyelamatan PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk, Ekonom senior INDEF, Dradjad H Wibowo tegas menyebut harus diselamatkan. Diam-diam, dia punya solusinya.

Kepada Inilah.com, Jakarta, Jumat (5/11/2021), Dradjad mengatakan, Garuda masih bisa diselamatkan dan memang wajib hukumnya. “Iya dong harus diselamatkan.masih banyak kok caranya,” papar Dradjad yang juga Ketua Dewan Pakar DPP PAN itu.

Tentu saja, Dradjat tidak main-main dengan pernyataannya itu. Apalagi, ketika masih menjadi anggota DPR, dirinya pernah diminta SBY untuk mencarikan solusi utang Garuda. “Apalagi, ketika masih anggota DPR, dirinya pernah diminta salah satu menteri terdekat SBY untuk mencarikan solusi utang Garuda,” kenang Dradjad.

Kala itu, lanjut Dradjad, utang Garuda menggunung hingga US$8 miliar-US$9 miliar. Dari seluruh poin yang saya beberkan, ada dua poin yang tidak dilaksanakan Garuda. Sehingga jeblok lagi seperti saat ini. “Dua hal yang tidak dilakukan garuda adalah prudential investment dan cost effective operational. Benar saja, Garuda membaik sedikit ternyata ngebut lagi investasi beli pesawat,” terang Dradjad.  

Selanjutnya, Dradjad membeberkan empat hal penting yang perlu dilakukan garuda. Kalau ingin nasibnya selamat dari jebakan utang. Pertama, negara mengambil alih sebagian utang Garuda. “Bisa bentuk konsorsium BUMN dan atau BLU. Efeknya buku Garuda jadi sehat,” ungkapnya.

Kedua, menurut Dradjad, Garuda harus menerapkan displin ketat terhadap dua hal yang pernah terlupakan. “Dua hal itu yang tadi saya sebutkan. Investasi super hati-hati, dan efisiensi besar-besaran dalam hal operasional,” ungkapnya.

Poin ketiga, Dradjad mengatakan, pemerintah perlu menyusun dewan direksi baru, pilih sosok yang benar-benar tegas dalam hal efisiensi. “Saya punya banyak teman di Garuda dan banyak mendapat cerita mengenai borosnya operasional,” ungkapnya.

Terakhir, lanjutnya, Garuda harus lebih cermat dan hati-hati dalam hal investasi. Dan, pemerintah khususnya aparat penegak hukum melakukan investigasi dengan teliti dan tegas tentang pengadaan aset di Garuda, terutama pembelian atau sewa pesawat.

“Untuk pengadaan yang bermasalah, ambil tindakan tegas terhadap suppliers, vendors, brokers dan financiers yang terlibat. Beri sanksi administratif, keuangan bahkan hukum kepada mereka jika perlu. Langkah ini berpotensi mengurangi beban utang Garuda terkait pengadaan,” terangnya.

“Ada satu catatan lagi. Pandemi COVID-19 membuat solusi penyelamatan GA menjadi lebih berat dijalankan. Tetapi masih bisa. Asal tegas, disiplin dan bersih dari konflik kepentingan apalagi KKN,” pungkasnya.

Menteri Erick mengatakan, perseroan kini sedang berupaya melakukan negosiasi dengan para lessor guna mendapatkan diskon atau dispensasi pembayaran. Sejauh ini, proses negosiasi terhadap 31 lessor masih berjalan.

“Negosiasi utang-utang Garuda yang mencapai US$ 7 miliar karena leasing cost termahal yang mencapai 26 persen dan juga korupsi lagi dinegosiasikan dengan para lessor. Meski demikian, kita tetap berusaha membuka opsi-opsi lain, paling tidak, agar bisa membantu pemulihan Garuda,” ujar Menteri Erick.

Jumlah utang Garuda ini, lebih besar daripada angka sebelumnya. Pada Mei 2021, utang jatuh tempo Garuda mencapai US$4,9 miliar atau setara Rp70 triliun. Sementara total utang Garuda mencapai Rp140 triliun.

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button