Friday, 28 June 2024

Sebut OTT Cuma Hiburan, Alexander Marwata Seperti Jubir Koruptor

Sebut OTT Cuma Hiburan, Alexander Marwata Seperti Jubir Koruptor


Eks penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Harun Al Rasyid menegaskan Operasi Tangkap Tangan (OTT) bukan hanya sekedar hiburan, namun lebih menakutkan. Demikian disampaikan pria berjuluk raja OTT KPK ini, dalam mengkritisi pernyataan Wakil Ketua KPK, Alexander Marwata.

“OTT itu bukan hanya hiburan yang bisa menghibur. Tetapi, suatu teknik penyelidikan yang menakutkan dan mengkhawatirkan banyak penyelenggara atau pejabat nakal yang suka menerima suap,” kata Harun melalui keterangannya kepada wartawan, Senin (24/6/2024).

Harun menegaskan, OTT merupakan instrumen paling penting di KPK untuk memberantas rasuah di Nusantara. “OTT adalah sebuah langkah yg sangat strategis untuk memberantas korupsi bahkan OTT menjadi andalan KPK,” ucapnya.

Harun menilai Alex tidak paham dengan sistem kerja OTT karena bukan penyidik atau penyelidik KPK. Meski begitu ucapan tersebut ia nilai tidak pantas keluar dari mulut seorang pimpinan lembaga antirasuah. Apalagi, tambah dia, Alex memiliki latar belakang pernah bekerja di Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) tapi tidak tahu fungsi dari operasi senyap dapat mengungkapkan kejahatan korupsi.  

“Saya melihat Alex ini dengan pernyataan pernyataannya sudah tidak menunjukkan sebagai seorang pimpinan KPK, dan lebih terlihat sebagai seorang komentator korupsi,” ucapnya menegaskan.

Di sisi lain, ia juga turut mengkritisi pernyataan Alex yang lain, sesumbar akan meringkus buronan KPK Harun Masiku dalam sepekan. Tapi kenyataannya hingga hari ini tak kunjung ada realisasinya. Ia meminta Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memecat Alex.

“Sangat disayangkan mengobral janji menangkap Harun Masiku dalam seminggu, padahal si Harun ada di dekatnya dan dia tidak sadar kegombalannya yang justru seperti meminta Harun untuk cepat pergi dari tempatnya yang sekarang. Sebaiknya Presiden demi hukum memberhentikan Alex ,” tuturnya.

Sebelumnya Alex mengatakan, KPK akan lebih fokus menangani kasus korupsi yang berkaitan dengan kerugian negara yang sangat besar daripada OTT. Ia menyebutkan penindakan dengan cara OTT layaknya menunggu seseorang dapat jatah hari apes. Contohnya ketika tim penyelidik atau penyidik KPK menyadap HP seseorang guna mengungkap transaksi mencurigakan.

“Hanya menunggu orang duduk yang kemudian ngomong secara vulgar di dalam  HP-nya itu, entah dengan bahasa isyarat atau apa dia akan terima duit,” ujar Alex di kawasan Jakarta Selatan, Jumat (21/6/2024).

Ia juga menyebut ada lebih dari 500 upaya yang dilakukan oleh KPK, tapi tidak membuahkan hasil. Soalnya, para koruptor sudah cerdik untuk menghindari operasi senyap tersebut.  “Artinya, mereka juga belajar lebih hati-hati. Makanya kita harus berubah, teknik-teknik penyelidikan maupun penyidikan itu,” katanya.

Maka dari itu, Alex beranggapan mengusut kasus kerugian negara di sejumlah instansi pemerintah yang berlahan basah lebih menggairahkan, daripada OTT, yang dia anggap hanya bentuk kerja hiburan semata, agar masyarakat senang.

“Itu terjadinya (potensi kerugian negara besar) di mana?, di BUMN, di lembaga-lembaga instansi pemerintah dengan anggaran tinggi, itu yang kita fokus kesana. Ya oke lah OTT, ya syukur-syukur lah kalian dapat nantikan, ya buat hiburan,” tuturnya.