Hangout

Satu dari Empat anak di Indonesia Alami Stunting

Sabtu, 28 Jan 2023 – 11:59 WIB

Cegah Stunting

Kemenkes terus berupaya untuk turunkan persentase stunting pada anak di angka 24 persen menjadi 14 persen di tahun 2024.(Dokumentasi: Istockphoto).

Indonesia masih menghadapi permasalahan stunting, terdapat satu dari empat anak di Indonesia mengalami stunting.

Ternyata, ada beberapa faktor yang menyebabkan masih tingginya angka stunting di Indonesia, di antaranya masih buruknya status gizi anak Indonesia. Salah satunya adalah karena anemia masih dialami sekitar satu dari tiga anak berusia di bawah 5 tahun di Indonesia.

“Anemia sebagian besar dapat disebabkan karena kekurangan zat besi. Kondisi ini juga diperparah dengan masih kurangnya konsumsi protein masyarakat Indonesia termasuk dalam hal konsumsi daging, telur, susu maupun produk turunannya,” papar Dokter Spesialis Anak Konsultan Nutrisi dan Penyakit Metabolik, dr. Cut Nurul Hafifah, Sp.A(K), Jakarta, Sabtu, (28/01/2023).

Hal tersebut berdampak pada 47.5 persen anak usia di bawah 2 tahun yang belum konsumsi makanan gizi seimbang terutama protein.

Padahal, kekurangan Zat Besi dan protein hewani dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk perkembangan dan pertumbuhan yang tidak optimal, dan peningkatan risiko infeksi pada anak yang bisa berujung pada kondisi stunting.

Oleh karena itu, kondisi ini akan mengkhawatirkan jika tidak ditangani segera karena kekurangan Zat Besi dan protein hewani akan membuat anak-anak sebagai Generasi Emas Indonesia tidak tumbuh secara maksimal.

“Penting untuk dipahami bahwa mikronutrien merupakan vitamin dan mineral yang berperan dalam proses tumbuh kembang anak serta membantu menjaga kesehatan anak, baik fisik maupun kognitif,” tambah Cut Nurul.

Vitamin dan mineral untuk anak yang dimaksud di antaranya seperti zat besi, kalsium, atau vitamin A, B, C, atau D. Berbagai vitamin dan mineral ini memungkinkan tubuh untuk memproduksi enzim, hormon, dan zat lain yang dibutuhkan tubuh untuk bertumbuh dan berkembang secara optimal.

“Oleh karena itu, bila kebutuhan mikronutrien ini tidak terpenuhi, anak menjadi lebih rentan terhadap penyakit serta memiliki perkembangan fisik dan kemampuan kognitif yang buruk. Beberapa masalah kesehatan yang terkait defisiensi mikronutrien tertentu pun bisa terjadi. Misalnya, anemia pada anak akibat kekurangan zat besi, hingga stunting dan bahkan bisa menyebabkan hidden hunger,” paparnya.

Lebih lanjut dr. Cut mengatakan, defisiensi mikronutrien atau disebut juga dengan hidden hunger merupakan salah satu bentuk kekurangan gizi atau malnutrisi pada anak.

Kondisi ini terjadi ketika anak tidak mendapat asupan vitamin dan mineral esensial yang sesuai dengan kebutuhannya. Data Food and Agriculture Organization (FAO) menyebutkan, sebanyak 2 miliar orang atau sekitar satu dari tiga orang mengalami defisiensi mikronutrien.

“Bahkan, kondisi ini sering memengaruhi anak-anak, terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK) anak atau hingga usia 2 tahun. Dimana menyebabkan kematian lebih dari 1 juta anak usia dibawah 5 tahun setiap tahunnya akibat kekurangan mikronutrien,” paparnya.

Banyak cara agar bisa memenuhi kebutuhan asupan mikronutrien pada anak, misalnya untuk memenuhi kebutuhan zat besi bisa dengan memberikan asupan protein hewani.

Masih menurutnya, dengan mengonsumsi protein hewani maka sekaligus bisa memenuhi kebutuhan zat besi anak sehingga bisa mencegah anemia bahkan stunting.

Adapun sumber makanan yang mengandung protein hewani dan Zat Besi dapat diperoleh dengan mudah misalnya pada daging merah, ayam, hati, ikan, dan telur. Namun tidak hanya protein hewani dan Zat Besi saja.

Untuk membantu penyerapan yang maksimal dibutuhkan kombinasi yang tepat antara protein hewani, Zat Besi dan vitamin C dalam menu makanan anak sehari-hari agar penyerapan nutrisi di dalam tubuh, terutama Zat besi bisa meningkat hingga dua kali lipat.

“Untuk itu, bisa dilengkapi juga dengan susu pertumbuhan yang difortifikasi dengan kombinasi Zat Besi & Vitamin C. Dengan penyerapan nutrisi yang maksimal, bisa membantu anak meningkatkan pertumbuhan otak dan kemampuan belajar, pertumbuhan fisik, perkembangan motorik dan sensorik, serta daya tahan tubuh,” ujar dr. Cut.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button