Wednesday, 03 July 2024

Rupiah Menguat Sementara, BI Jangan Senang Dulu

Rupiah Menguat Sementara, BI Jangan Senang Dulu


Meski nilai tukar (kurs) rupiah ditutup menguat 0,33 persen, menjadi Rp16.321 per dolar AS, Senin (1/7/2024), Bank Indonesia (BI) jangan senang dulu. Bisa jadi besok ambruk lagi ke posisi lebih dalam.

Managing Director Political Economy and Policy Studies (PEPS), Anthony Budiawan menyebut, BI perlu kerja lebih keras, berjibaku mempertahankan kurs rupiah yang bandel, tidak turun-turun.

“Intervensi alias ‘doping’ untuk rupiah, sejauh ini belum berhasil menurunkan nilai tukar rupiah hingga di bawah Rp16.000 per dolar AS. Setelah diintervensi sangat intens, ternyata hanya menguat sedikit sekitar Rp16.300-an per dolar AS,” kata Anthony, Jakarta, Senin (1/7/2024).

Pertanyaan Anthony, seberapa kuat BI memberikan ‘doping’ untuk rupiah, saat melawan kekuatan pasar?  Kalau tak benar-benar kuat, suatu ketika rupiah akan jebol lagi. Bahkan lebih parah hingga Rp17.000/US$.

“Artinya, ini masalah endurance, masalah ketahanan, masalah berapa banyak dolar AS yang masih dimiliki BI untuk melawan pasar, melawan investor asing yang kabur,” kata Anthony.

Kekhawatiran Anthony, masuk akal. Selama ini, untuk mengatrol kurs rupiah, BI mengandalkan penerbitan surat utang berupa Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI).

Sejak pertama diluncurkan pada pertengahan September 2023 hingga 14 Juni 2024, surat berharga BI berdenominasi rupiah itu, mencapai Rp666,5 triliun.

Hanya saja, instrumen SRBI ini, bertenor pendek yakni 6 bulan, 9 bulan, dan 12 bulan. Sehingga gelombang surat utang jatuh tempo bakal terjadi dalam hitungan bulan.

Tentu saja, ini masalah serius. Ketika SRBI jatuh tempo maka BI perlu dolar AS dalam jumlah besar. Dan, aliran modal asing keluar dalam jumlah jumbo, tidak bisa dibendung. Ujung-ujungnya, kurs rupiah bakal anjlok lebih parah lagi. Semua gara-gara Indonesia tak punya fundamental ekonomi yang kuat.

“Semoga BI masih mempunyai napas panjang, sampai pemerintah bisa mendapat ‘oksigen’ (utang) baru. Kalau tidak, rupiah siap-siap tergelincir lebih dalam,” pungkas Anthony.