Hangout

Royal Blood Sajikan Drama Kehidupan Tradisional di Era Modern

Jumat, 12 Agu 2022 – 15:01 WIB

Royal Blood

Mungkin anda suka

Dokumentasi Vision+

Original series terbaru yang berjudul Royal Blood bekerja sama dengan Kantara Creative dan  disutradarai oleh Eko Kristianto, bakal tayang pada 17 Agustus 2022 di Vision+. Royal Blood menceritakan seorang gadis ningrat, Anggi, memiliki sifat yang bertolak belakang dengan sang adik, Saras. Berbeda dengan Saras yang penurut, Anggi lebih menyukai kebebasan dan senang bernyanyi dalam band.

Anggi kemudian jatuh cinta dengan seorang laki-laki dengan latar belakang yang jauh berbeda dengan dirinya. Keluarganya pun tak menyetujui, karena mereka sudah menjodohkan Anggi

dengan lelaki lain yang juga merupakan keturunan bangsawan. Serial Royal Blood mengangkat kisah yang memadukan antara budaya Jawa dan modernitas yang menarik untuk dieksplorasi.

Jalan ceritanya memperlihatkan kisah yang emosional, namun juga sarat akan pesan moral mengenai perkembangan budaya dan modernitas.

“Kami sangat antusias untuk mengumumkan kepada masyarakat bahwa Vision+ originals Royal Blood akan segera dirilis. Serial ini memiliki cerita yang menarik, selain menyajikan drama yang emosional, Royal Blood juga memperlihatkan perspektif tradisional di era modern yang mungkin sudah banyak terlihat di sekitar kita, namun belum kita pahami sepenuhnya,” ujar Clarissa Tanoesoedibjo selaku Managing Director Vision+ ditulis di Jakarta, Jumat, (12/8/2022).

Lukman Sardi aktor sekaligus Head of Creative Original Production Vision Pictures menjelaskan, cerita tentang isu perjodohan tersebut lebih menceritakan tentang keluarga bangsawan yang ingin mempertahankan tradisinya yaitu mengedepankan bibit, bebet, dan bobotnya.

Masih menurut Lukman, isu perjodohan selalu ada dimana saja. Terlebih ketika berada di daerah-daerah yang masih sangat kuat mempertahankan tradisi budaya dalam menentukan jodoh untuk anak-anaknya.

“Apakah ini masih bisa diterima di zaman sekarang? Ini yang kita benturkan dalam serial. Karena bagaimanapun juga anak-anak hidup di zaman sekarang, modern. Apakah mereka bisa menerimanya sebagai sebuah kebaikan atau malah sebagai sebuah kehancuran,” ujarnya.

Back to top button