Market

Resesi Global 2023, Perusahaan Crazy Rich Kalsel tak Lakukan PHK

Mencermati resesi ekonomi global, Hasnur Group, perusahaan tambang milik Alm Haji Leman, crazy rich Kalimantan Selatan (Kalsel), tak lakukan pemutusan hubungan kerja (PHK). Namun ada konsekuensinya.

Hal itu disampaikan Dwita Ameilia Lestari, Deputy Corporate Director Hasnur Group, dikutip dari Antara, Jakarta, Jumat (27/1/2023). Perusahaan yang didirikan H Abdussamad Sulaiman atau Haji Leman pada 27 Agustus 1966 itu, bidang bisnisnya cukup beragam. Mulai tambang batubara, perkebunan sawit, media, pelabuhan hingga perkapalan.

“Ketika pandemi COVID-19, kita sangat membatasi untuk melakukan pengurangan karyawan. Tapi, yang kami lakukan adalah untuk level direktur di holding, beberapa (direktur) dilarikan ke bisnis. Agar bisnis unit kami bisa lebih maksimal,” kata Dwita.

Dari delapan direktur diholding, kata dia, diefektifkan menjadi lima direktur. Sisanya diturunkan untuk mengurus unit bisnis secara optimal. “Level direktur memiliki kemampuan dan kapasitas untuk itu, sehingga perusahaan memutuskan mereka turun gunung dan mengurus langsung unit bisnis yang ada untuk istilahnya mencari uang,” kata Dwita.

Perusahaan juga mempersiapkan kompetensi, memperkaya keahlian, inovasi, dan menjalankan gugus mutu atau Quality Control Circle (QCC) yang lebih luas. Dengan demikian, pengurangan yang terjadi di level karyawan hanya dilakukan seminimal mungkin.

Menurut Dwita, strategi tersebut berjalan lancar dan sesuai rencana, sehingga unit bisnis yang dimiliki Hasnur Group semakin berkembang, bahkan lebih kuat dan mandiri.

Bahkan, lanjut Dwita, salah satu unit bisnis bernama PT Hasnur Informasi Teknologi (HIT) yang tadinya bagian dari holding, kini menjadi entitas dan turut berkontribusi menyumbang pendapatan untuk perusahaan.

“Jadi mereka sudah mulai mendapat pelanggan dari luar Hasnur dan sekarang kami diberlakukan seperti pelanggan mereka secara profesional,” ujar Dwita.

Dwita mengatakan, strategi perusahaan dalam menghadapi pandemi COVID-19 juga diyakini mampu mengantisipasi potensi resesi yang diprediksi akan terjadi tahun ini.

Selain itu, perusahaan juga menetapkan perubahan dan restrukturisasi unit bisnis menjadi tujuh Strategic Business Unit (SBU) dari sebelumnya hanya enam.

Ketujuh SBU tersebut yakni SBU Logistik; SBU Agrobisnis dan Foresty; SBU Energy; SBU Technologi dan Services; SBU Pendidikan; SBU Health Care, Media, Lifestyle; dan SBU Investment.

“Kami menekankan inovasi dan efisiensi. Kami lebih ketat lagi menyeleksi bisnis lebih ketat lagi. Jadi bagaimana kami mengembangkan bisnis yang sudah ada saat ini,” kata Dwita.

Ia berharap, dengan strategi tersebut, perusahaan dapat lebih stabil dan pengembangan bisnis unit yang ada menjadi lebih mandiri dan berkelanjutan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button