Market

Rakyat Menderita karena Kenaikan BBM Hanya Diganti ‘Goceng’ Sehari

Pasca kenaikan harga BBM, Presiden Joko Widodo guyur duit bantuan sosial (bansos) Rp150 sebulan, atau Rp5 ribu sehari kepada masyarakat tak mampu. Setarakah dengan dampak kenaikan harga BBM?

Ketika dihubungi Inilah.com, Selasa (13/9/2022), Direktur Center of Economic and Law Studie (Celios), Bhima Yudhistira, menjawab tentu saja tidak. Dia bilang, dana bansos ‘goceng’ sehari jelas tidak sebanding dengan kenaikan harga yang harus ditangggung rakyat, dampak dari kenaikan harga BBM.

“Bantuan jelas terlalu kecil karena pengeluaran untuk transportasi ditambah harga pangan yang ikut naik, tentu tidak bisa diimbangi dengan nominal bantuan langsung tunai atau BLT,” kata Bhima.

Selain itu, kata Bhima, jangka waktu BLT juga temporer, sementara dampak naiknya harga BBM terhadap kenaikan harga atau inflasi serta daya beli, berlangsung cukup lama. “Kalau BBM naiknya 30 persen, berarti berarti pengeluaran harian masyarakat bisa naik setinggi itu, secara rata rata. Terutama masyarakat yang tinggal di perkotaan,” ungkapnya.

Sebelumnya, Wakil Menteri Keuangan (Wamenkeu), Suahasil Nazara meyakini, program bansos mampu mencegah potensi kemiskinan dampak kenaikan harga BBM. Sekaligus menjaga daya beli sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi nasional.

Suahasil meyakini, duit bansos goceng sehari cukup untuk menyambung hidup 40 persen masyarakat dengan ekonomi terbawah. Sekaligus menurunkan 0,3 persen angka kemiskinan dari target 9,3 persen pada 2022.

“Karena kelompok yang 40 persen terendah, selain menanggung kenaikan harga BBM, juga digerojokin uang baru Rp24,17 triliun, maka estimasi kemiskinan akan turun. Jadi, diperkirakan nanti kemiskinan akan turun sekitar sekitar 0,3 bp (basis point), walaupun harga BBM naik,” kata Suahasil saat berbicara dalam kuliah umum di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) secara virtual, Senin (12/9/2022).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button