Hangout

Pria Diblokir Medsos Karena Misogini, Anda Termasuk Kelompok Ini?

Seorang pria telah diblokir di sejumlah media sosial. Dia terkenal sering mengekspresikan pandangan misogini dan mengkritik wanita di berbagai platform. Apa sebenarnya misogini dan apa yang menjadi penyebabnya?

Pria tersebut adalah Andrew Tate seorang influencer kontroversial. Akunnya telah diblokir dari sejumlah media sosial seperti Facebook, Instagram, TikTok dan YouTube. Tate, 35 tahun, dikeluarkan dari platform itu karena melanggar kebijakan tentang organisasi dan individu berbahaya.

Mengutip CBS News, mantan kickboxer profesional memiliki dengan 4,7 juta pengikut di Instagram. Tate menjadi terkenal di Big Brother (UK) sebagai kontestan pada tahun 2016 dan dikeluarkan dari acara karena videonya yang menunjukkan dia menyerang seorang wanita. Tate berdalih, video itu diedit dan ada upaya melakukan kebohongan total yang mencoba membuatnya terlihat buruk.

Sejak itu, dia menjadi terkenal di seluruh dunia karena mengekspresikan pandangan misogini dan mengkritik wanita di berbagai platform. Tate juga menyebut wanita ‘pada dasarnya malas’ bahkan menjelaskan bagaimana seorang pria harus memiliki ‘otoritas’ atas wanita yang dia kencani.

Di antara komentar kontroversialnya, Tate pernah diskors dari Twitter pada 2017 karena mengatakan wanita ikut bertanggung jawab karena diserang secara seksual. Komentar ini muncul seiring dengan tuduhan pelecehan seksual terhadap eksekutif Hollywood Harvey Weinstein. Weinstein dituduh melakukan pelecehan seksual terhadap seorang model Polandia berusia 16 tahun di New York selama bertahun-tahun sejak 2002.

Akun yang terkait dengan Tate di TikTok telah diblokir secara permanen karena dianggap mengekspresikan ideologi kebencian. Video-video miliknya telah diunggah dari akun yang berbeda. Video dengan tagar #andrewtate memiliki lebih dari 13 miliar tampilan di TikTok.

Pihak Twitter menilai Tate menganut paham misogini. “Misogini adalah ideologi kebencian yang tidak ditoleransi di TikTok,” kata juru bicara perusahaan dilansir CBS News.

Apa itu Misogini?

Istilah misogini berasal dari kata Yunani Kuno ‘mīsoguníā’ yang berarti kebencian terhadap wanita. Misogini telah berwujud dalam berbagai bentuk seperti hak istimewa laki-laki, patriarki, diskriminasi gender, pelecehan seksual, meremehkan perempuan, kekerasan terhadap perempuan, dan objektifikasi seksual.

National Library of Medicine menyebut, akar misogini dapat ditelusuri kembali ke mitologi Yunani kuno. Menurut Hesiod, seorang penulis Yunani, sebelum wanita muncul, pria hidup berdampingan secara damai sebagai sahabat para Dewa sampai Prometheus memutuskan untuk mencuri rahasia api dari Dewa yang membuat Zeus marah.

Zeus menghukum umat manusia dengan hal jahat untuk kesenangan mereka yang disebut Pandora, wanita pertama yang membawa sebuah kotak yang melepaskan semua kejahatan seperti tenaga kerja, penyakit, usia tua, dan kematian.

Selama berabad-abad, perempuan telah ditekan, hak-hak mereka diabaikan sebagai manusia, mereka diperlakukan sebagai bagian bawah dari masyarakat, dan peran mereka terbatas pada pekerjaan rumah tangga dan melahirkan. Penindasan yang berkepanjangan menimbulkan banyak suara dan secara kolektif memunculkan konsep feminisme yang memulai gerakan terpanjang dalam sejarah dan masih berlanjut.

Perilaku misogini sering kali disamakan dengan ginofobia. Padahal, keduanya merupakan kondisi yang berbeda. Ginofobia merupakan fobia atau rasa takut yang sangat berlebihan terhadap wanita, sehingga penderitanya akan panik atau sangat cemas ketika berhadapan dengan wanita. Sementara itu, misoginis adalah rasa benci yang sangat ekstrem terhadap wanita tanpa disertai rasa takut.

Misogini bukan hanya kebencian terhadap wanita. Tetapi juga dapat mencakup aspek prasangka, ketakutan, dan itu tidak selalu melibatkan laki-laki. Misogini bisa terlihat terang-terangan, seperti kekerasan terhadap perempuan, atau bisa juga kurang terlihat, seperti secara halus mengabadikan ketidaksetaraan antara laki-laki dan perempuan.

Apa perbedaan antara misoginis dan chauvinis? Kedua konsep tersebut melibatkan persepsi negatif tentang perempuan. Tidak seperti perilaku misogini, bagaimanapun, chauvinisme tidak selalu melibatkan kebencian atau rasa jijik yang mendasarinya terhadap wanita.

Chauvinisme berasal dari perasaan bahwa laki-laki lebih unggul dari perempuan dan keyakinan bahwa perempuan secara alami lebih lemah, kurang cerdas, atau kurang mampu dalam beberapa kapasitas dibandingkan dengan laki-laki.

Seseorang dengan keyakinan chauvinistik mungkin masih bisa berada di dekat wanita dan mungkin bertindak protektif terhadap mereka karena berkeyakinan bahwa wanita membutuhkan seseorang untuk memenuhi kebutuhan mereka.

Lalu apa perbedaan antara misogini dan seksisme? Misogini bisa menjadi bentuk ekstrim dari seksisme. Namun, kedua istilah ini tidak selalu dapat dipertukarkan. “Misogini adalah ketidaksukaan, penghinaan, atau prasangka terhadap wanita,” jelas Roma Williams, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi dari Houston seperti dikutip Psychcentral. “Seksisme adalah diskriminasi atau prasangka terhadap orang yang berlainan jenis.” Siapapun bisa menjadi seksisme jika mereka mendiskriminasi lawan jenis.

Komnas Hak Asasi Manusia (HAM) RI pernah membahas persoalan misogini ini. Misogini dan juga seksisme tentu bertentangan dengan prinsip HAM yaitu kesetaraan dan nondiskriminasi. Hal ini karena seorang misoginis akan memandang perempuan sebagai pihak yang memang pantas ditindas, disudutkan, dan dieksploitasi.

Apa penyebabnya?

Misogini bukanlah kondisi kesehatan mental. Ini adalah sikap dan keyakinan yang mungkin melibatkan faktor-faktor mendasar yang kompleks seperti sistem keyakinan inti, norma budaya, dan pengalaman masa kecil.

Seseorang bisa menjadi misoginis apabila pernah mengalami trauma atau perlakuan yang buruk dari wanita semasa ia kanak-kanak. Mungkin pernah menjadi korban kekerasan oleh ibu atau pengasuhnya, mengalami perundungan oleh saudara atau teman perempuan, atau dihukum oleh guru wanita yang galak.

Selain itu, trauma atau pengalaman buruk saat dewasa pun bisa membuat seseorang menjadi misoginis, misalnya pernah menjalani hubungan asmara yang tidak sehat dengan seorang wanita.

Perilaku misogini juga kerap dikaitkan dengan pola asuh yang salah. Sebagai contoh, seorang anak laki-laki berisiko menjadi misoginis di kemudian hari bila ia mendapat pola asuh yang keras, sedangkan saudara perempuannya mendapat perlakuan istimewa dari orang tuanya. Sikap tersebut bisa diawali dari rasa iri, kemudian bertambah parah hingga menjadi misogini.

Penyebab lainnya adalah pola pikir yang salah tentang maskulinitas atau maskulinitas toksik (toxic masculinity). Anggapan bahwa pria tidak boleh menangis, pria selalu lebih kuat dan tangguh daripada wanita, atau wanita merupakan objek seksual merupakan beberapa bentuk dari toxic masculinity.

Terbentuknya pola pikir tersebut bisa membuat sebagian pria menjadi tidak bisa menerima bahwa ada wanita yang lebih sukses daripada dirinya, sehingga muncul rasa benci. Sikap ini biasanya lahir dari budaya patriarki yang kuat di dalam masyarakat atau keluarga.

Tidak semua laki-laki menampakkan bahwa dirinya seorang misoginis. Ada pria yang terlihat sopan dan baik terhadap teman wanitanya, tetapi sebenarnya ia memiliki perilaku misogini. Biasanya pria misoginis bersikap baik, ramah, dan bersahabat dengan sesama pria, tetapi bersikap sebaliknya kepada wanita.

Ia kerap berbicara kasar, berperilaku sinis, dan sering merendahkan. Sering kali ia menyalahkan wanita atas segala sesuatu, baik dalam hubungan maupun kehidupan mereka. Ia juga sulit menerima bila teman wanitanya lebih sukses. Pria jenis ini juga tidak akan merasa bersalah setelah mengolok-olok, mengintimidasi secara fisik maupun emosional, atau bahkan melakukan pelecehan terhadap wanita.

Pria misoginis juga bisa menjalin hubungan romantis bahkan menikah. Hanya saja biasanya, akan otoriter, posesif, tak mau mau kalah sehingga si perempuan akan lebih berisiko untuk terjebak dalam hubungan yang tidak sehat (toxic relationship). Wanita yang hidup bersama pria misoginis sering kali harus terus-menerus minta maaf untuk sesuatu yang tidak dilakukannya.

Bagaimana Menangani Perilaku Ini?

Untuk membantu melawan kebencian terhadap wanita, Karen Robinson, seorang pekerja sosial klinis berlisensi dari Alexandria, Virginia, merekomendasikan untuk mengambil sikap terlibat aktif memeranginya. Ini termasuk terus-menerus mengadvokasi orang-orang yang mengidentifikasi diri sebagai perempuan.

Juga mengangkat dan mendukung upaya wanita di sekitar Anda, bergabung dengan tujuan yang mendukung wanita, menciptakan ruang aman bagi wanita. Jangan abaikan misogini. “Angkat bicara! Jika Anda melihatnya, katakan sesuatu, dan beri tahu orang itu bahwa mereka tidak akan ditoleransi.”

Robinson menyarankan menjauh dari misoginis sebisa mungkin. “Seorang misoginis memiliki kebencian yang mendalam terhadap wanita dan tidak hanya percaya pada seksisme, tetapi juga melakukannya dalam perilaku sehari-hari. Mereka terang-terangan tidak menghormati dan melecehkan perempuan,” katanya.

Misogini sering terkait dengan kekerasan terhadap perempuan. Jika mengalami kekerasan atau pelecehan dalam rumah tangga, segeralah meminta bantuan. Sementara jika Anda telah mencoba berbicara dengan seseorang tentang perilaku misoginis mereka dan itu tidak berhasil, Anda mungkin harus meninggalkan hubungan atau situasi itu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button