News

Polemik Politik Identitas, Pengamat: Faktor Kuatnya Jati Diri Sosial

Pemanfaatan politik identitas untuk meraup dukungan masih kerap mencuat dalam kontestasi politik di Indonesia. Hal ini tak ayal kerap menuai polemik.

Dalam pandangan pengamat politik Saiful Mujani, mencuatnya politik identitas itu bukan tanpa sebab. Menurut dia, kondisi ini terjadi akibat faktor identitas alias jati diri dari segi sosial masih lebih kuat ketimbang politik.

Mungkin anda suka

“Identitas sosial di Indonesia lebih melekat pada diri seseorang dibandingkan identitas politik seperti dari partai mana ia berasal,” kata Saiful dalam sebuah diskusi virtual, Jumat (23/12/2022).

Dia mencontohkan, seseorang akan lebih dikenal dari asal daerahnya kendati aktif di partai politik tertentu.

“Kita lebih dikenal, (misalkan) saya ini dari Banten, Saiful itu orang Banten disebutnya begitu. Tidak disebut Saiful itu orang PDIP misalnya, it’s different, itu beda,” jelasnya.

“Kalau saya disebut oleh teman saya, Saiful orang Golkar atau orang PDIP itu identitas politik saya. Sekarang ini identitas politik itu masih terlalu lemah kalah dengan identitas sosial,” kata Saiful menambahkan.

Pendiri Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) itu menyebut, masyarakat di negara lain sudah melihat seorang tokoh berdasarkan identitas politiknya.

“Bagaimana di Amerika, Donald Trump yang banyak menggunakan argumen identitas sosial untuk memenangkan pemilu. Tapi dia tidak bisa mempertahankan itu, hanya satu periode, periode berikutnya diganti,” terangnya.

“Atau perdana menteri Inggris yang sekarang tidak dilihat sebagai orang etnik India, tapi dilihat sebagai orang konservatif. Jadi jauh lebih besar daripada identitas sosial. Dan itu satu modal yang sangat penting untuk kita membangun bangsa,” kata Saiful menegaskan.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button