News

Pilpres Bukan Palagan Baru Jenderal Andika Perkasa

Jumat, 23 Des 2022 – 21:45 WIB

Sertijab panglima TNI

Jenderal Andika Perkasa menyerahkan jabatannya sebagai Panglima TNI kepada Laksamana Yudo Margono di Plaza Mabes TNI, Cilangkap, Jakarta Timur, Selasa (20/12/02022). (Foto: Inilah.com/ Dea Hardianingsih)

Pilpres 2024 diyakini bukan palagan baru Jenderal Andika Perkasa. Pasalnya sosok yang resmi pensiun pada 1 Januari 2023 dan telah melaksanakan serah terima jabatan Panglima TNI dengan Laksamana Yudo Margono diyakini tidak memiliki modal elektabilitas untuk diusung pada Pilpres 2024.

Peneliti BRIN Firman Noor menyebutkan, kendati namanya sempat masuk kandidat capres Partai NasDem, figur Andika dianggap belum kuat untuk melengkapi Anies Baswedan yang telah menyandang status bakal capres NasDem. Bahkan kalah kuat dibanding Ketum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dan Wakil Ketua Majelis Syura Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Heryawan alias Aher.

So far sih (Andika) enggak ada greget-nya,” kata Firman, di Jakarta, Jumat (23/12/2022).

Firman lantas mengingatkan kondisi Andika dengan situasi mantan Jenderal (Purn) Gatot Nurmantyo, jelang 2019 yang lalu. Kendati mampu mengambil hati sebagian kalangan Muslim namun bintang Gatot meredup ketika tak lagi menjabat Panglima TNI.

“Andika cenderung netral saja enggak ada yang merasa betul-betul bagian dari dia,” tuturnya.

“Selebihnya dia jauh lebih profesional dari Gatot, politiknya enggak kelihatan,” tambahnya.

Terkait dengan penjajakan Koalisi Perubahan, yang salah satu isu yang dibahas terkait cawapres, Firman menilai AHY lebih menjajikan diusung sebagai cawapres dibanding Aher. “Kalau dari survei atraktif dan tampilannya menjanjikan dan dia sangat siap untuk itu dan didukung partai yang sedang naik daun,” kata Firman.

Menurutnya keunggulan tersebut menjadi alat tawar Demokrat. Sementara Aher meskipun lebih senior dibanding AHY, kekuatannya tersegmentasi pada wilayah Jabar saja.

Pilpres 2024, lanjut Firman, harus memastikan keunggulan tinggi pada Jatim. Pasalnya Jatim berdasarkan hasil survei memiliki tingkat penerimaan tinggi dengan program-program Jokowi. Begitu pula dengan Jateng. Artinya tidak mudah bagi Koalisi Perubahan menentukan siapa pendamping Anies sebagai cawapres, untuk memastikan mampu memenangi dua wilayah di Pulau Jawa itu.

“Jadi memang PR besar bagi Koalisi Perubahan menaklukkan kedua Jawa ini, timur dan tengah, persoalannya apakah AHY punya kapabilitas seperti itu? Itu saja, dan ini memang masih asumsi saja,” kata Firman.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button