Kanal

PHK Marak, Waspadai Quiet Firing yang Rugikan Pekerja

Belakangan ini, marak terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) di sejumlah startup atau perusahaan rintisan di Tanah Air. PHK pasti tidak menggenakkan terutama bagi para pekerja. Namun, seringkali PHK berlangsung tidak fair dengan cara quiet firing. Fenomena ini jelas merugikan pekerja.

Saat ini tengah terjadi gelombang besar PHK terhadap sejumlah startup besar. Terakhir adalah e-commerce Shopee Indonesia yang melakukan PHK karyawan mereka. Tidak disebutkan pasti berapa jumlahnya, namun berdasarkan informasi ada sekitar 3 persen karyawan yang terdampak. Apabila total karyawan Shopee mencapai 6.000 orang, artinya ada sekitar 186 orang yang dirumahkan.

Sebelumnya, Zenius, LinkAja, hingga JD.ID menggambarkan kondisi serupa. Tak hanya perusahaan rintisan, beberapa sektor lainnya terpaksa melakukan PHK sebagai langkah efisiensi bisnisnya di Indonesia. Di sektor telekomunikasi, Jumat (23/9/2022), Indosat Ooredoo Hutchison (IOH) mengumumkan perusahaan telah menempuh langkah PHK karyawan.

Menurut keterangan tertulis, 95 persen dari karyawan yang terkena dampak telah menerima tawaran dari perusahaan, sementara sebagian kecil sisanya masih mempertimbangkan tawaran tersebut. Namun, IOH tak menyebut jumlah pasti karyawan yang terdampak PHK. Adapun paket kompensasi yang ditawarkan kepada karyawan adalah rata-rata 37 kali upah, dan yang tertinggi mencapai 75 kali upah.

Direktur Eksekutif Indonesia ICT Institute Heru Sutadi memprediksi musim PHK di perusahaan rintisan atau startup akan berlangsung dalam waktu yang lama. Kondisi ini terjadi lantaran perusahaan-perusahaan yang tak kuat dari sisi pendanaan akan tumbang. “PHK akan terus terjadi sampai 2 tahun ke depan, yang gagal survive akan gugur,” ucap Heru.

Fenomena PHK dan Quiet Firing

PHK merupakan pengakhiran hubungan kerja yang disebabkan karena suatu hal tertentu. Ketika perusahaan mengambil kebijakan ini, maka berakibat berakhirnya hak dan kewajiban antara pekerja dan pemberi kerja (perusahaan). PHK menjadi momok bagi setiap pekerja di seluruh dunia. Bagaimana tidak, salah satu kebijakan yang diambil perusahaan ini, memiliki konsekuensi negatif bagi kelangsungan hidup dan masa depan para pekerja yang terkena, serta keluarganya.

Biasanya, penyebab terjadinya PHK adalah karena adanya efisiensi yang dilakukan perusahaan, terjadi penutupan bisnis atau pekerja melakukan pelanggaran berat. Namun perusahaan menempuh cara ini dengan yang berbeda-beda. Ada yang secara bertanggung jawab melakukan PHK dengan memberikan hak karyawan sesuai aturan yang ada. Ada juga yang dilakukan dengan cara diam-diam atau dikenal dengan quite firing.

Quiet firing terjadi ketika majikan menciptakan suasana kerja yang tidak bersahabat dengan harapan bahwa seorang karyawan akan meminta berhenti atau resign. Majikan secara diam-diam membuat lingkungan kerja tak nyaman bagi seseorang atau sebuah tim sampai akhirnya pergi dengan sukarela.

Fenomena quiet firing atau pemecatan diam-diam seringkali terjadi ketika perusahaan, atau seorang pimpinan merasa tidak enak jika harus melakukan PHK secara langsung. Maka, melakukan berbagai cara dan strategi agar karyawan mengundurkan diri dengan sendirinya jadi pilihan. Intinya pekerja mendapatkan pesan bahwa mereka tidak diinginkan dan harus berhenti.

Tindakan ini tentu bagi perusahaan akan sangat menguntungkan. Perusahaan menjadi terhindar dari mengeluarkan kewajiban atau hak-hak karyawan yang harus dikeluarkan. Sementara bagi pekerja, tentu saja sebaliknya, merugi karena tidak mendapat hak-haknya yang seharusnya ia peroleh sesuai peraturan tergantung masa kerjanya.

Berbagai Bentuk Quite Firing

Mengutip ajobthing, quite firing dapat terjadi dalam berbagai bentuk berdasarkan tempat kerja, industri, dan sikap bos Anda. Karena banyak itulah, berarti quite firing bisa semakin sulit dideteksi. Ada beberapa cara untuk mendeteksinya misalnya meskipun bekerja untuk perusahaan selama bertahun-tahun, karyawan terus-menerus dilewatkan untuk kenaikan gaji dan promosi.

Ciri lainnya adalah pimpinan tidak pernah mengakui atau sepenuhnya menghargai pencapaian karyawan. Sebaliknya, mereka diturunkan dan diberi gelar baru tanpa mengubah tanggung jawab dan tugas mereka.

Biasanya tanda lainnya adalah karyawan sedang dibebani dengan semua tugas terburuk sementara proyek pilihan ditugaskan ke orang lain. Atau malah Anda dipindahkan ke posisi yang akan membuat Anda merasa terbuang dan sulit untuk berkembang.

Ada pula karyawan yang tampil mengagumkan sepanjang tahun tetapi menerima ulasan kinerja yang buruk tanpa penjelasan. Sementara jika seorang karyawan bertanya tentang peluang kemajuan karir potensial, seringkali malah diabaikan dan tidak mendapat jawaban pasti.

Cara ini memang bisa menghindari konflik langsung dengan manipulasi untuk membujuk karyawan mengundurkan diri. Meskipun demikian, cara ini dapat merusak reputasi pemberi kerja, menyebabkan karyawan tertekan, dan menyia-nyiakan potensi. Untuk menciptakan tempat kerja yang positif dan produktif, penting untuk mendidik diri sendiri dan karyawan untuk menghindari praktik tersebut.

Apa yang harus dilakukan jika Anda curiga akan dipecat secara diam-diam? Mengutip WashingtonPost, mulailah dengan melihat ke dalam dengan hati-hati. Pertimbangkan apakah Anda mungkin berkinerja buruk dan memberikan output berkualitas lebih rendah atau lebih rendah daripada yang seharusnya Anda berikan.

Periksa kondisi mental dan emosional Anda, dan mintakan second opinion dari orang lain yang mengenal Anda dengan baik. Mungkin Anda mengalami kelelahan, kecemasan, dan depresi yang kemudian mempengaruhi pekerjaan Anda.

Jika merasa kinerja Anda sebaik biasanya, tetapi atasan masih tampak tidak puas, jelaskan bahwa Anda ingin sukses. Mintalah standar yang terukur tentang apa yang merupakan pekerjaan yang baik, sehingga Anda dan pimpinan dapat melihat kapan mencapai sasaran tersebut.

Sementara Teambuilding.com menyarankan, jika Anda curiga dipecat secara diam-diam, pertama-tama tentukan apakah perlakuan tersebut khusus untuk Anda atau berlaku untuk semua karyawan. Bagaimana Anda mendekati situasi dapat bervariasi tergantung pada budaya perusahaan dan hubungan Anda dengan atasan Anda.

Perilaku quiet firing sudah pasti berdampak bagi karyawan. Seperti merasa tidak mempunyai kemampuan, merasa terisolasi, dan merasa tidak punya kemajuan. Kepercayaan diri karyawan juga akan turun karena punyai peran yang kecil, merasa kurang diapresiasi dan pada akhirnya mulai memikirkan untuk resign dan pindah tempat kerja.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button