News

Pesantren Antusias Ikuti “Kejar Tabayun” untuk Minimalisasi Gibah Digital

Kalangan pesantren di Bumi Pasundan menyambut baik program Keliling Jabar Belajar Literasi Baik Asyik dan Fun (Kejar Tabayun) yang tengah dijalankan Pemprov Jawa Barat (Jabar). Program yang dimotori unit Jabar Saber Hoaks (JSH) dari Dinas Komunikasi dan Informatika Jabar ini antara lain bertujuan menekan dampak negatif dunia digital dan agar para santri yang merupakan bagian dari generasi muda memiliki kesalehan digital.

Sesuai dengan ajaran Islam, ketika mendapat informasi atau berita, seorang muslim yang baik harus tabayun.

“Ketika ada berita itu harus tabayun, jangan sampai menjadi musibah kepada pihak lain karena kebodohan kita dan kita nanti akan menyesal,” ungkap Wakil Mudir Pesantren Islamic Centre Muhammadiyah (ICM) Cipanas, Faturrahman dalam keterangan yang diterima, Sabtu (4/3/2023).

Fatuurahman menuturkan, ilmu fikih pun harus diamalkan dalam bermedia sosial di era digital saat ini. “Maka ada yang disebut, kesalehan digital. Alhamdulillah, terima kasih memang (program) ini yang ditunggu-tunggu,” katanya.

“Dan sekarang ini luar biasa berita-berita hoaks, apalagi kalau gosip, gibah digital ini sekali kirim itu jelas, kalau gibah tradisional ngobrol-ngobrol, kalau gibah digital satu kali orang menyebar, dosanya bisa berlipat ganda,” ucapnya.

Dia menyebut, pihaknya senantiasa mendukung dan menyukseskan Kejar Tabayun karena arus informasi hoaks saat ini sangat deras.

“Mudah-mudahan nanti peserta bisa mempelajari dan mengikuti dengan sebaik-baiknya program ini, bahkan video saja sudah bisa diedit (direkayasa) untuk menggiring opini,” tambahnya.

Dampak Dunia Digital

Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum mengungkap, Kejar Tabayun sebagai ikhtiar pihak Pemprov Jabar dalam rangka meminimalisasi dampak negatif dari dunia digital, khususnya di media sosial.

Menurut Wagub, teknologi bila dimanfaatkan dengan baik, maka akan mendatangkan kemaslahatan. Namun sebaliknya kemudaratan juga dapat ditimbulkan tergantung niat penggunanya.

“Maka menihilkan kemudaratan memang sulit, tapi setidaknya kita meminimalkan itu,” ungkap Uu Ruzhanul.

Ia ingin kaum muda di Jabar tidak banyak yang terlibat dalam peredaran hoaks atau berita bohong, apalagi untuk kalangan santri.

“Bohong itu haram, maka dibentengi dengan ilmu yang dipelajari di pesantren dan dilengkapi dengan pengetahuan yang sekarang diberikan oleh Pemda Jabar di hari ini,” ucap Uu.

“Harapannya, ada efek domino sehingga hoaks di Jabar bisa diminimalisir, apalagi sejalan dengan tahun politik,” tambahnya.

“Ini juga ikhtiar agar tidak terjadi perpecahan, gontok-gontokan yang salah satunya disulut berita hoaks,” ujar Uu.

Ketua JSH Alfianto Yustinova menuturkan, Kejar Tabayun merupakan upaya Pemda Provinsi Jabar dengan memberikan pelatihan kepada santri di Jabar untuk dapat menyaring informasi hingga menangkal hoaks.

“Kita lakukan edukasi literasi digital dan kampanye antihoaks, apalagi di tahun politik 2024, di mana adik-adik yang mungkin nanti akan jadi pemilih pemula,” ucap Alfianto.

Harapannya, para santri akan paham ciri-ciri, dampak hingga mampu mengatasi peredaran hoaks di media sosial maupun aplikasi percakapan.

Menurut Alfianto, para santri akan mendapat materi dari tim JSH dan narasumber lainnya. Diharapkan para santri kemudian dapat menyebarkan pengetahuan dan kemampuan cek fakta yang didapatnya hari ini kepada teman dan lingkungannya.

Back to top button