Market

Pertumbuhan Ekonomi Kuartal II Tertinggi di Era Jokowi, Sayangnya Bukan untuk Wong Cilik

Kamis, 11 Agu 2022 – 21:30 WIB

Ekonomi Kuartal II Tertinggi di Era Jokowi, Bukan untuk Wong Cilik

Presiden Jokowi bagikan bantuan modal kerja dan BLT. (dokumentasi Setkab).

Kuartal II-2022, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat perekonomian tumbuh 5,44 persen, namun kehidupan wong cilik tetap saja sulit. Lapangan kerja langka, harga barang naik, biaya pendidikan mahal.

Ekonom Pergerakan Kedaulatan Rakyat (PKR), Gede Sandra menerangkan, menjulangnya perekonomian nasional di kuartal II-2022, lantaran kenaikan harga komoditi dunia, imbas invasi Rusia ke Ukraina. “Angka 5,4 persen menjadi yang tertinggi di era Jokowi,” ungkap Gede kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (11/8/2022).

Namun ironis, pertumbuhan ekonomi tertingggi di era Jokowi ini, menurutnya, tidak memberikan dampak kepada rakyat jelata. Bahkan, kehidupan mereka semakin terjepit kenaikan harga. “Lapangan kerja semakin sulit, harga kebutuhan pokok melonjak, biaya pendidikan semakin tidak terjangkau. Alhasil, kasus kurang gizi semakin akrab di kuping,” ungkap Gede.

Hingga saat ini, menurut data BPS, jumlah desa atau kelurahan di Indonesia yang penduduknya menderita kekurangan gizi mencapai 12 ribuan desa. “Wajar bila beberapa minggu lalu BPS menyatakan bahwa ketimpangan pendapatan masyarakat Indonesia, yang diukur dengan Indeks Gini, nilainya kembali memburuk. Indeks Gini anjlok ke 0,384 dari sebelumnya 0,381 pada September 2021. Terbukti pertumbuhan ekonomi 5,4 persen ini, bukan untuk wong cilik,” tandasnya.

Selama kuartal I ke kuartal II tahun 2022, pertumbuhan nilai tambah bruto PDB (added value), berdasarkan lapangan usaha yang terbesar disumbang Industri pertambangan dan penggalian. Nilainya mencapai Rp169 triliun.

Dari keseluruhan pertumbuhan nilai tambah bruto PDB (Produk Domestik Bruto), sebesar Rp332 triliun, Industri pertambangan dan penggalian menyumbang lebih separuh, tepatnya 51 persen.

Terbesar kedua adalah sektor pertanian, kehutanan dan perikanan, yang nilai tambah brutonya mencapai Rp72,1 triliun (22 persen). Sementara, industri pengolahan (manufaktur) yang selama digamber-gemborkan maju pesat, hanya bertambah Rp11,5 triliun,. Atau cuman 3,5 persen.

Lebih kecil ketimbang pertumbuhan nilai tambah transportasi dan pergudangan sebesar Rp27,4 triliun (8,3 persen). Sementara sektor administrasi pemerintahan pertahanan serta jaminan sosial tumbuh Rp15,5 triliun (4,7 persen).

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button