Market

Pertamina Mengaku Masih Rugi Meski Harga Pertamax Sudah Naik Jadi Rp14.500

Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati mengaku pihaknya masih menanggung rugi meski pemerintah sudah menaikkan harga Bahan Bakar Minya atau BBM bersubsidi.

Nicke mengatakan Pertamina masih menjual rugi untuk BBM jenis Pertamax. Menurutnya, meski harga awalnya Rp12.500 sudah naik menjadi Rp14.500/liter namun harga tersebut masih di bawah nilai keekonomian. Hal ini yang membuat Pertamina masih rugi meski harga Pertamax sudah naik.

“Pertamax itu pemerintah kemudian mengendalikan juga harganya, karena kalau Pertamax disesuaikan dengan market price maka ini akan lebih banyak lagi yang ke Pertalite, which is itu akan membuat subsidi makin naik,” kata Nicke dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi VI, Kamis (8/9/2022) kemarin.

BBM jenis Pertamax sendiri merupakan jenis BBM umum (JBU). Sehingga harganya fluktuatif mengikuti kondisi komponen pembentuknya seperti Indonesian Crude Price (ICP).

Dia menjelaskan, Pertamina hingga saat ini masih menaggung selisih harga dari BBM jenis Pertamax karena harga minyak dunia masih tinggi.

Namun Nicke menyebut, selisih harga Pertamax ini Pertamina siasati dengan subsidi silang perusahaan.

“Khusus Pertamax selisihnya itu yang menanggung Pertamina Pak. Yang disampaikan tadi, secara produk iya pak rugi, tapi kan yang kita jaga di bottom line-nya jangan sampai membuat bottom line-nya negatif,” jelasnya.

Lebih lanjut Nicke mengatakan Pertamina saat ini menjalankan bisnis dari hulu hingga hilir. Pada saat harga minyak tinggi, Pertamina memperoleh untung dari hulu. Namun keuntungan ini perusahaan jadikan dana untuk subsidi silang guna menambal kerugian di sektor lainnya.

“Pertamina ini kan hulu ke hilir, pada saat harga minyak naik maka kita dapat windfall dari keuntungan di hulu, kita dapat beban di hilir. Nah inilah yang kemudian terjadi subsidi silang yang akhinya di tahun lalu kita masih membukukan keuntungan,” jelasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button