Market

Peringkat Daya Saing Naik 7 Tingkat, Repnas Prabowo-Gibran Optimistis Ekonomi Tancap Gas


Ketua Umum Relawan Pengusaha Muda (Repnas) Prabowo-Gibran, Anggawira mengatakan, kinerja pemerintahan Jokowi cukup efektif. Peringkat daya saing global  dari Indonesia semakin membaik dari 34 menjadi 27 di dunia.

Mungkin anda suka

“Mengacu riset terbaru dari IMD World Competitiveness Ranking (WCR) 2024, peringkat daya saing Indonesia meningkat signifikan ke posisi 27 dunia, sebelumnya peringkat 34,” kata Anggawira di sela menjalankan ibadah haji di Mekkah, Jumat (21/6/2024).

Sedangkan untuk kawasan Asia Tenggara, kata Anggawira, Indonesia menempati posisi tiga besar, setelah Singapura dan Thailand. “Secara keseluruhan, peringkat daya saing Indonesia bersinggungan dengan Inggris (28) dan melampaui Jepang (38) atau India (39),” ungkap Anggawira.

Asal tahu saja, daya saing Inggris mengalami longsor setelah memutuskan keluar dari Uni Eropa alias Brexit. Baru tahun ini, peringkat Inggris membaik. “Membaiknya daya saing Indonesia didongkrak peningkatan performa ekonomi, kemampuan menarik kapital, dan pertumbuhan PDB (Produk Domestik Bruto),” terangnya.  

Tahun ini, lanjutnya, performa ekonomi rata-rata negara di Asia Tenggara, terbilang cukup oke. Kecuali Malaysia yang turun peringkat. Penurunan peringkat Malaysia ke posisi 34 dari sebelumnya 27, terjadi akibat pelemahan mata uang, ketidakstabilan politik, serta kebijakan pemerintah.

Sementara daya saing Jepang merosot karena kurangnya agresivitas dalam transformasi digital yang berdampak pada penurunan ekspor teknologi. Di sisi lain, India berhasil memperbaiki peringkatnya dalam lima tahun terakhir meskipun tak seagresif Indonesia,” bebernya.

“Peningkatan peringkat daya saing Indonesia merupakan bukti dari upaya keras dan kebijakan yang tepat sasaran dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan meningkatkan efisiensi bisnis. Prestasi ini menunjukkan bahwa Indonesia mampu bersaing di kancah global,” kata Anggawira.

Hal yang mendongkrak peringkat Indonesia dalam efisiensi bisnis adalah masifnya ketersediaan tenaga kerja, efektivitas manajemen perusahaan, dan perilaku serta tata nilai masyarakat yang mendukung efisiensi perusahaan. “Namun kita jangan berpuas diri. Kita perlu bekerja lebih keras untuk meningkatkan sektor finansial serta produktivitas perusahaan,” pungkasnya.

Sebelumnya, pendiri Indef sekaligus Rektor Universitas Paramadina, Prof Didik J Rachbini mengingatkan Prabowo Subianto sebagai presiden terpilih 2024-2029 untuk memacu sektor industri yang dalam 2 dekade ini mengalami stagnasi.

Ke depan, tim ekonomi Prabowo tidak bisa lagi mengandalkan daya beli atau konsumsi rumah tangga untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Haluannya harus diubah, jadikan industri sebagai lokomotif pertumbuhan ekonomi.

Kalau tidak dilakukan, menurut Prof Didik, jangan berharap perekonomian bisa tumbuh 8 persen, seperti janji Prabowo. Dalam 20 tahun ini, Indonesia terpapar ekonomi ‘jongkok’ di level 5 persen. Karena itu tadi, Indonesia miskin kebijakan industri yang cerdas, membuat perekonomian nasional sulit berlari cepat. 

 

 

 

 

Back to top button