Saturday, 29 June 2024

Peringatan Petaka AI, Bank Sentral Dunia Diminta Waspada

Peringatan Petaka AI, Bank Sentral Dunia Diminta Waspada


Lembaga keuangan internasional yang beranggotakan bank-bank sentral dunia (BIS) memberikan peringatan terkait perkembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).

BIS mewanti-wanti agar bank-bank sentral dunia mampu beradaptasi dan memanfaatkan keunggulan AI. Meski demikian, BIS menegaskan bahwa AI tidak boleh menggantikan manusia dalam mengatur tingkat suku bunga. Pasalnya, AI datang dengan membawa risiko berbahaya, di samping manfaatnya yang besar.

Dalam laporan pertama lembaga tersebut terkait AI, BIS mengatakan para pemangku kebijakan harus memperkuat fungsinya dalam memonitor data secara real-time. Hal ini diperlukan agar bank sentral bisa membuat prediksi yang lebih tajam terkait inflasi.

Mengutip Reuters, Rabu (26/6/2024), BIS mengatakan prediksi terkait inflasi harus diperkuat, apalagi setelah dunia menghadapi krisis bertubi-tubi, mulai dari pandemi COVID-19 hingga invasi Rusia ke Ukraina.

Dua peristiwa itu berkontribusi terhadap kenaikan inflasi secara tiba-tiba dan berpengaruh terhadap perekonomian dunia.

Meski AI bisa dimanfaatkan untuk membantu memprediksi inflasi, tetapi BIS mengatakan AI berpotensi menciptakan ‘halusinasi’.

Untuk itu, AI tak boleh diberikan kekuatan super untuk mengatur suku bunga. Hal itu diungkap pejabat senior BIS, Cecilia Skingsley.

“Manusia harus tetap bertanggung jawab. Saya tak bisa membayangkan masa depan di mana AI akan menjadi pengatur suku bunga,” kata mantan banker di bank sentral Swedia tersebut.

Sejauh ini, BIS sendiri sudah mengimplementasikan AI ke dalam delapan proyeknya. Namun, tak satupun yang menjadikan AI sebagai ‘eksekutor’, melainkan hanya ‘pembantu’.

Kepala peneliti dan penasihat ekonomi, Hyun Song Shin, mengatakan para pembuat kebijakan tak boleh melihat AI sebagai ‘sesuatu yang ajaib’.

AI hanya boleh digunakan untuk membantu mencari celah pada sistem keuangan. AI tak boleh diberikan peran lebih dari itu.

Sebab, menurut BIS, AI memiliki risiko petaka besar. Misalnya, memunculkan serangan siber bentuk baru, memperluas serangan siber yang sudah ada saat ini, serta bisa mengeksploitasi aset finansial.

Di sisi lain, AI juga dalam jangka panjang akan mengubah pasar kerja, serta berdampak pada produktivitas dan pertumbuhan ekonomi.