Hangout

Pendakwah Moderat Internasional Habib Ali al-Jufri Kampanyekan ‘Islam Wasathiyyah’

Kamis, 25 Agu 2022 – 16:37 WIB

Pendakwah Moderat Habib Ali al-Jufri Kampanyekan ‘Islam Wasathiyyah’ - inilah.com

(Foto: Komisi HLNKI Dewan Pusat MUI)

Dai Moderat Internasional Habib Ali Zainal Abidin bin Abdurrahman al-Jufri mengampanyekan ‘Islam Wasatiyyah’ alias Islam moderat. Namun, apa yang dimaksud dengan Islam moderat sebenarnya?

Habib Ali menyampaikan tiga hal terkait dengan konsep moderasi, peradaban dan posisi ulama dalam menegakkan Islam yang moderat. “Moderasi secara bahasa adalah di tengah antara atas dan bawah serta antara kiri dan kanan,” kata Habib Ali saat menjadi Pembicara Utama Seminar Internasional dan Kajian ilmiah “Peranan Ulama dalam Penguatan Islam Wastahiyyah dan Menghidupkan Peradaban Islam” di Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (24/8/2022) sore.

Menurut Khalilurrahman, Wakil Ketua Komisi Moderasi Komisi HLNKI MUI, kegiatan ini merupakan upaya mendiseminasikan konsep ‘Islam Wasathiyyah’ dari Komisi Hubungan Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (HLNKI) Dewan Pusat MUI. Dalam kaitan ini, MUI menggandeng Pendidikan Kader Ulama (PKU) Masjid Istiqlal.

Kegiatan yang diinisiasi Sub Komisi Moderasi, Komisi HLNKI MUI Pusat ini didasarkan pada pentingnya penyebarluasan konsep wasathiyyatul Islam. Tujuannya, untuk mewujudkan harmoni kebangsaan, kesatuan dan persatuan bangsa serta perdamaian dunia.

Selain itu, kegiatan yang merupakan bagian program pertukaran dai moderat ini bertujuan untuk menyebarluaskan konsep wasathiyyatul Islam sebagai konsep pemikiran. “Ini memberikan kontribusi yang besar bagi harmoni peradaban dan mewujudkan kasih sayang bagi seluruh alam,” ujarnya.

Kegiatan dihadiri oleh Syekh. Dr. Idris Al Fasi dari Maroko, Imam  Besar Masjid Istiqlan, Prof. Dr. KH. Nasaruddin Umar, Prof. Dr. Alwi Syihab, Dr. Tuan Guru Ahmad Zainul Majdi, Yenny Wahid, sejumlah tokoh agama dan perwakilan organisasi Islam di Indonesia.

Pendakwah Moderat Internasional Habib Ali al-Jufri Kampanyekan ‘Islam Wasathiyyah’ - inilah.com
(Foto: Komisi HLNKI Dewan Pusat MUI)

Habib Ali kembali menjelaskan, moderasi yang terbaik  adalah mengambil sikap di tengah di antara sikap radikal dan sikap yang menggampangkan sesuatu. “Kemanusiaan yang sempurna adalah manusia yang terkoneksi unsur dalam dirinya, yaitu ruh, akal, nafsu, dan jasad. Inilah hakikat beragama dalam memanusiakan manusia,” tuturnya.

Oleh karena itu, sambung Habib Ali, bagi seseorang yang ingin melanjutkan dakwah Rasulullah hendaknya memperbaiki dirinya sebelum menjalankan nilai-nilai agama. “Manusia yang sempurna adalah manusia yang memiliki bashirah pada dirinya,” ucapnya.

Sementara makna peradaban, menurut Habib Ali, memiliki dimensi yang luas, tidak sekadar dimensi peradaban yang berhubungan dengan materi, seperti teknologi, industri, ekonomi, dan pembangunan. Akan tetapi, dimensi peradaban mencakup semua perangai dan sifat akhlak yang luhur dalam dirinya sehingga melahirkan kebaikan.

Ia juga menjelaskan, Indonesia menerima Islam dari Walisongo yang datang dari Hadramaut. Mereka menyampaikan dakwahnya sesuai dengan keadaan dan budaya Indonesia. “Mereka membaur dengan kebudayaan setempat dan tidak ada keinginan mereka membuat Indonesia menjadi budaya Hadramaut,” ucapnya.

Walisongo menyampaikan ruh ajaran Islam sehingga menyebarlah Mazhab Asyariyah dan Syafi’iyyah. “Kunci sukses dakwah dan pedoman dalam dakwah ada tiga hal yaitu, tawaddhu, mahabbah atau cinta, dan kasih sayang kepada sesame,” papar Habib Ali.

Sementara Prof. Ahmad Thib Raya, Direktur Program Pendidikan Kader Ulama (PKU) Masjid Istiqlal menyampaikan, program Pendidikan Kader Ulama ditujukan untuk mencetak kader-kader ulama yang ahli dalam bidang agama dan sekaligus menjadi Faqih.

“Saya sangat mengapresiasi Seminar Internasional dan Kajian Ilmiah ini dan berharap ini bukan yang pertama namun akan dilaksanakan kembali pada masa mendatang,” ucapnya penuh harap.

Acara yang dihadiri oleh peserta Pendidikan Kader Ulama ini ditutup oleh Imam Besar Masjid Istiqlal yang memberikan penjelasan terkait Organisasi dan Peran Masjid Istiqlal.

“Perannya adalah menyebarluaskan dan mengawal Islam Wasathiyyah dan Islam itu sendiri sudah moderat. Sebab, istilah yang digunakan dalam Alquran bukanlah Istislam atau Aslam, melainkan Islam,” imbuhnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button